Saya ingin menanggapi tulisan Yudi Latif berjudul "Visi Indonesia Raya II" dalam rubrik Analisis Politik halaman 15 Kompas (11/2). Khususnya tentang lagu "Ibu Pertiwi" yang di sana disebutkan diciptakan seorang yang tak terkenal, Kamsidi Samduddin, dekade 1950-an dan 1960-an, "Kulihat ibu pertiwi/sedang bersusah hati...."
Sudah lama saya tergelitik tentang lagu yang akhir-akhir ini banyak dinyanyikan, termasuk di televisi. Lagu ini telah dinyanyikan jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) sejak lama dengan judul "Ise do Alealenta", sejak zending Jerman mengakbarkan Injil di Tanah Batak. Tersua di Buku Ende (buku nyanyian gereja HKBP) nomor 219, dinyatakan di sana lagunya diciptakan Charles Crozat Converse (1832-1918) dan syairnya ditulis Joseph Medlicott Ccrtiver (1820-1886).
Lagu ini dalam versi bahasa Batak Toba mengungkapkan Yesus sebagai sahabat baik dan sejati, yang tidak berubah, berbeda dengan banyak sahabat di muka bumi ini yang akan berlalu begitu kita mati.
Mohon koreksi dari Bapak Yudi Latif atas Kamsidi Samduddin sebagai pencipta lagu ini. Apakah Kamsidi dengan mengubah kata-kata dari teks aslinya berhak disebut sebagai pencipta? Apakah ada izin dari pencipta lagu itu kepada Kamsidi hingga disebut sebagai pencipta hanya dengan mengubah lirik?
Saya tergelitik menulis tanggapan ini karena setiap Minggu saya menyanyikan lagu ini dengan organ yang diikuti nyanyi oleh istri saya yang sedang sakit. Pertanyaan istri saya, "Kok jadi lain kata-katanya di TV?"
CS Hutasoit, Jalan Riam Kanan 6, Duren Tiga, Jakarta Selatan
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005228354
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar