Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 29 Maret 2014

TAJUK RENCANA Di Mesir, Tentara Masih Populer (Kompas)

AKHIRNYA, Abdel Fatah El-Sisi meletakkan jabatan sebagai menteri pertahanan dan menyatakan akan maju sebagai kandidat presiden.
Dikatakan "akhirnya" karena memang selama beberapa bulan terakhir namanya sudah disebut-sebut—bahkan posternya pun sudah bertebaran di mana-mana—bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai presiden. Memang, sejak Sisi membawa tentara menjawab permintaan rakyat—istilah yang digunakan ketika itu—menyingkirkan presiden hasil pemilu demokratis pertama setelah revolusi, Mohammad Mursi, namanya langsung membubung tinggi.

Ia dipuja-puja, tentu dengan seluruh jajarannya, sebagai penyelamat bangsa. Sisi (59), yang diangkat oleh Mursi untuk menjabat sebagai menteri pertahanan, muncul pada saat yang tepat, yakni ketika rakyat sampai pada puncak kekecewaannya terhadap Mursi yang dianggap tidak mampu melaksanakan amanah revolusi, memulihkan perekonomian, dan hanya mementingkan kelompoknya sendiri, Ikhwanul Muslimin.

Kalau nanti, dalam pemilu yang menurut rencana akan dilaksanakan beberapa bulan mendatang, Sisi memenanginya, kemenangan itu mempertegas bahwa Mesir memang tidak bisa keluar dari "tangan" tentara. Sejak Revolusi 1952, yang mengakhiri pemerintahan Dinasti Muhammad Ali, Mesir di bawah kekuasaan tentara kecuali Mursi, presiden sipil pertama. Empat presiden sebelumnya adalah tentara: Muhammad Naguib, Gamal Abdel Nasser, Anwar Sadat, dan Hosni Mubarak.

Keterlibatan militer dalam politik sudah berlangsung sejak Nasser merebut kekuasaan pada 1952. Sejak saat itu, peran militer dalam percaturan politik tidak bisa dipisahkan. Bahkan, dikatakan militer menciptakan negara dalam negara. Tersingkirnya Mubarak pada 2011 pun tidak terlepas dari campur tangan militer. Karena itu, Revolusi 2011 sering disebut sebagai "setengah rakyat dan setengah militer". Salah satu slogan yang diteriakkan rakyat ketika itu adalah "rakyat dan tentara bersatu".

Kini, hal itu seperti terulang lagi: tentara di bawah kepemimpinan Sisi dianggap berjasa menyelamatkan negara. Karena itu, rakyat pun mendukungnya. Sekarang ini, memang, Mesir membutuhkan pemimpin yang kuat, yang mendapat dukungan militer. Begitu banyak persoalan yang dihadapi Mesir—mulai dari masalah ekonomi, sektarian, terorisme, keamanan, hingga politik—sekarang ini. Munculnya tokoh kuat, sekalipun tentara, tidak menjadi masalah asal bisa menyelamatkan negara. Walaupun taruhannya adalah berkurangnya kebebasan.

Popularitas Sisi rasanya tidak tertandingi oleh kandidat lain, seperti Hamdeen Sabbahi, kandidat dari kelompok Nasseris. Dengan demikian, peluang Sisi untuk menang sangat besar. Dan, itu berarti Mesir kembali ke tangan militer atau sekurang-kurangnya purnawirawan lagi.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005737212
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger