Pengadilan Kairo juga menjatuhkan hukuman terhadap dua putra Mubarak, Alaa dan Gamal. Keduanya dihukum empat tahun penjara. Mereka juga diharuskan mengembalikan uang hasil korupsi sebesar Rp 203,2 miliar dan membayar denda Rp 34,2 miliar.
Pemilu presiden kedua setelah revolusi akan dilaksanakan pada 26-27 Mei mendatang. Vonis terhadap Mubarak dan kedua putranya secara politis sangat besar artinya bagi Pemerintah Mesir sekarang dan mantan pemimpin militer Jenderal Abdel-Fattah El-Sisi yang maju sebagai salah satu kandidat presiden.
Saat ini, pengadilan Mesir sedang berusaha menunjukkan bahwa hukum benar-benar ditegakkan. Hal itu sangat penting, terlebih setelah pengadilan menjatuhkan hukuman mati terhadap ratusan pengikut Persaudaraan Muslim. Dengan demikian, tidak ada kesan diskriminasi hukum. Semua sama di hadapan hukum meski tetap saja ada yang mempertanyakan apakah hukuman itu sepadan dengan yang dilakukan Mubarak selama 30 tahun berkuasa dengan tangan besi dan mengeruk kekayaan negara demikian banyak.
Dari kacamata politik, vonis terhadap Mubarak itu juga bisa dibaca sebagai upaya memuluskan jalan bagi Jenderal Sisi. Meski mantan perwira Mubarak ini diunggulkan atas lawannya, Sabahi, masih perlu dipertegas bahwa rezim yang berkuasa sekarang dan nanti jika Sisi berkuasa bisa bersikap tegas serta bukan kelanjutan dari rezim lama, rezim Mubarak.
Kesan seperti itu sangat penting. Bukankah, dalam politik, membangun citra sangat penting. Sejak awal perlu ditanamkan kepada rakyat bahwa pemerintah mendatang di bawah kepemimpinan Sisi benar-benar akan bersikap tegas, menjunjung tinggi tegaknya hukum, anti korupsi, dan bukan kelanjutan rezim lama meski pada zaman Mubarak berkuasa mereka ada di lingkaran kekuasaan.
Akan tetapi, kesungguhan untuk menegakkan hukum itu masih diuji: Pertama, apakah vonis pengadilan atas kasus korupsi itu tidak dibatalkan dalam pengadilan banding, seperti dua tahun lalu setelah Mubarak divonis hukuman seumur hidup karena dituduh bertanggung jawab atas tewasnya ratusan demonstran dalam revolusi?
Kedua, apakah mereka akan sungguh-sungguh mengadili Mubarak yang diadili lagi atas kasus pembunuhan terhadap para demonstran dalam revolusi 2011? Kalau pengadilan bisa berjalan fair dan menjunjung tinggi keadilan, baru bisa dikatakan bahwa Mesir benar-benar memasuki babak baru.
Jadi, mimpi buruk Mubarak belum selesai. Meski jika Sisi nanti memenangi pemilu, semua bisa terjadi.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006785401
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar