Bukan hanya kelompok Taliban yang lebih memilih jalan kekerasan di Pakistan. Masih ada kelompok lain, Gerakan Islam Uzbekistan di Waziristan selatan, Lashkar-e-Jhangvi anti Syiah di Darra Adam Khel-Kohat, yakni wilayah Khyber Pakhtunkhwa, dan beberapa kelompok perlawanan lain di daerah-daerah pinggiran. Akan tetapi, memang kelompok Taliban yang paling aktif.
Pertanyaan yang mengawali tulisan singkat ini muncul setelah membaca berita yang menceritakan aksi mereka di Karachi, Pakistan. Hari Minggu lalu, 10 orang bersenjata, yang belakangan diketahui anggota kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan, nama resmi Taliban Pakistan, menyerang Bandara Internasional Jinnah. Serangan ke bandara terbesar di Pakistan itu menewaskan 28 orang.
Bukan kali ini saja mereka melakukan penyerangan bersenjata. Pada Desember 2012, mereka menyerang bandara di Peshawar hingga menewaskan tujuh orang. Sebelumnya, Mei 2011, mereka menyerang pangkalan Angkatan Laut Mehran yang menewaskan 10 orang. Menurut catatan Pemerintah Pakistan, serangan ke Bandara Jinnah merupakan serangan terbesar sejak tahun 2011.
Serangan bersenjata ke Bandara Jinnah itu menghancurkan usaha perundingan perdamaian yang dirintis oleh PM Nawaz Sharif sejak tahun lalu. Dengan adanya serangan terbaru itu, bisa dipastikan usaha untuk membangun kepercayaan antara pemerintah dan Taliban sebagai dasar bagi berlangsungnya perundingan perdamaian adalah sangat sulit ditegakkan.
Masalah keamanan nasional merupakan persoalan terberat Pakistan selain masalah-masalah lain, seperti konflik politik, korupsi, konflik antar-etnik, kemiskinan, pengangguran, dan pendidikan. Persoalan-persoalan itu yang terus dan terus menggerogoti pemerintah di Islamabad.
Tidak mudah menyelesaikan masalah-masalah itu, terutama masalah keamanan nasional. Cara kekerasan yang diambil militer biasanya langsung dijawab oleh Taliban dengan serangan balasan seperti yang terjadi hari Minggu lalu. Karena itu, sebetulnya, sudah benar bahwa Islamabad juga sekaligus menempuh cara politik untuk menyelesaikan masalah dengan Taliban dan kelompok-kelompok lainnya. Sebab, tidak ada solusi yang benar-benar murni militer atau murni politik terhadap pemberontakan.
Keberhasilan cara tersebut memang membutuhkan kesabaran. Di sinilah letak persoalannya. Yang kita saksikan adalah hilangnya kesabaran kedua belah pihak. Akibatnya, mereka cenderung memilih jalan kekerasan untuk memperjuangkan kehendaknya. Apakah mungkin perdamaian dicari, ditegakkan dengan cara-cara kekerasan, dan menghilangan nyawa orang lain yang tak berdosa?
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007146756
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar