Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 01 Juli 2014

TAJUK RENCANA: Iptek dan SDM dalam Pilpres (Kompas)

DALAM acara debat keempat pemilihan presiden dan wakil presiden, Minggu (29/6), tampil calon wakil presiden Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla.
Dipandu Wakil Rektor UGM Dwikorita Karnawati, kedua cawapres beradu visi tentang pembangunan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan-teknologi (iptek). Pertama, kita mengapresiasi pemilihan topik ini dalam arena debat pilpres. Wacana iptek di negeri ini sempat surut, tetapi jangan lupa bahwa iptek merupakan prasyarat bagi dicapainya kekuasaan/kekuatan, kemajuan, dan kemakmuran. Sejarah negara maju membuktikan hal ini.

Selain itu, kita juga diingatkan bahwa negara hanya bisa maju jika pilar penopangnya, seperti politik, ekonomi, militer, dan juga iptek, kuat dan stabil. Dari kedua cawapres kita menangkap kesamaan, yaitu pendidikan memegang peranan kunci dalam pengembangan SDM. Bukan hanya akses pendidikan yang diperbesar, melainkan juga penekanan pada budi pekerti yang tidak boleh dilupakan.

Masuk akal jika pendidikan mendapat porsi makin besar, karena melalui pendidikan akan diperoleh SDM unggul. Dalam konteks ASEAN, SDM unggullah yang akan sanggup menghadapi persaingan manakala Komunitas Ekonomi ASEAN diterapkan tahun depan. Dalam era itu, dokter dan insinyur serta pelbagai bidang keahlian lain harus punya kompetensi setara jika kita tidak mau profesi tersebut direbut tenaga ahli dari negara lain.

Kita harus memberikan perhatian lebih besar dan serius untuk iptek. Selama ini kita menganggarkan dana relatif kecil untuk iptek, hanya 0,08 persen dari APBN, dan kurang memadai bagi lahirnya karya iptek inovatif, apalagi yang bisa menyumbang bagi pengembangan ilmu dasar yang sangat diperlukan mendukung inovasi. Kita mendukung pemerintah memberikan insentif pajak untuk membangun sarana dan prasarana pengembangan iptek.

Praksisnya, jika dalam debat masih diangkat konsep triple helix, atau akademik, bisnis, dan pemerintah (ABG), kini juga didorong keterlibatan warga masyarakat sebagai pilar keempat. Pengalaman dalam industri kreatif, misalnya, memperlihatkan peran dan aktivitas yang dipelopori generasi muda dan masyarakat pada umumnya.

Dalam pemerintahan sekarang sudah dibentuk Komite Inovasi Nasional (KIN) yang dimaksudkan untuk memacu kegiatan inovasi di Tanah Air. Namun, ke depan, aktivitas komite seperti KIN ini harus lebih diberi daya untuk lebih aktif mendorong prakarsa masyarakat, khususnya generasi muda, yang secara natural lebih responsif.

Pekerjaan rumah kita di bidang iptek sangat banyak. Pembangunan infrastruktur, misalnya, butuh banyak inovasi di bidang konstruksi sipil dan transportasi butuh inovasi permesinan. Keinginan pemerintah untuk memajukan industri/ekonomi kreatif menuntut pengembangan infrastruktur teknologi informasi-komunikasi.

Kita juga perlu membangkitkan iptek yang dapat menggugah minat generasi muda untuk menjadi pelopor dalam pengembangan teknologi garis depan (frontier), apakah untuk bidang peroketan atau bioteknologi serta rekayasa genetika untuk kesehatan dan pangan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007587415
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger