Tindakan Israel, yang memicu kecaman internasional itu, dilakukan kurang dari sepekan setelah ditandatanganinya perjanjian gencatan senjata dengan Hamas, di Kairo, Mesir. Tentu, kenekatan Israel tersebut semakin memperkeruh situasi di Timur Tengah, semakin menjauhkan perdamaian tercipta di kawasan yang sejak dulu disebut sebagai pusaran konflik dunia tersebut.
Tidak ada dasar yang bisa membenarkan tindakan Israel mencaplok tanah yang akan dijadikan sebagai permukiman baru itu. Alasan yang disodorkan Israel terlalu mengada-ada. Mereka menyatakan pencaplokan itu dilakukan sebagai jawaban terhadap pembunuhan tiga remaja Israel. Padahal, Israel sudah membalas pembunuhan tiga remaja tersebut dengan membunuh pula remaja Palestina. Pembunuhan para remaja itu pula yang menjadi pemantik pecahnya perang Gaza yang belum lama ini berakhir, dengan korban tewas di pihak Hamas, lebih dari 2.000 orang.
Oleh karena itu, langkah Israel mencaplok wilayah yang dekat dengan Bethlehem itu sebagai tindakan kontra produktif; kontra produktif terhadap proses perdamaian yang sudah lama mati. Wilayah yang dicaplok tersebut akan menjadi permukiman terluas dalam 30 tahun terakhir.
Masalah pembangunan permukiman baru Yahudi di Tepi Barat merupakan salah satu penghalang perdamaian tercipta, selain masalah pengungsi, perbatasan, dan status Jerusalem. Kalau kita lihat peta Palestina saat ini dibandingkan dengan peta sebelum perang—atau sebelum orang-orang Yahudi memproklamasikan negara Israel pada tahun 1948—sungguh sangat berbeda. Wilayah yang dikuasai Palestina semakin kecil, semakin sempit; sementara Israel semakin memperluas wilayahnya dengan membangun permukiman-permukiman baru.
Hingga kini, tidak kurang dari 600.000 orang Yahudi tinggal di wilayah-wilayah permukiman baru di Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan. Komunitas internasional berpendapat bahwa permukiman tersebut ilegal. Bahkan PBB pun menyatakan bahwa pembangunan permukiman di wilayah pendudukan itu melanggar Konvensi Geneva Keempat yang pada intinya melarang kekuatan pendudukan mentransfer atau memindahkan penduduknya ke wilayah pendudukan. Namun, terlihat bahwa Israel tidak memedulikan semua itu, bahkan cenderung memperluas daerah permukiman Yahudi.
Dengan kondisi dan sikap Israel seperti itu, rasanya kita tidak bisa berharap bahwa akan ada perdamaian antara Israel dan Palestina; akan tercipta suasana damai, aman, dan tenteram di kawasan Palestina. Dari waktu ke waktu, rasa permusuhan semakin hari semakin ditambah, dan dipupuk antara keduanya. Kini Israel melakukan hal itu.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008659774
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar