Dua kawasan memberikan tanda perbaikan setelah mengalami kelesuan sejak krisis keuangan di Amerika Serikat yang menyeret Eropa sejak tahun 2008. Amerika Serikat akan tumbuh 3 persen dan beberapa negara Uni Eropa akan memasuki pertumbuhan yang positif. Tiongkok, kekuatan ekonomi kedua dunia, walaupun tidak setinggi lima tahun lalu, masih akan tumbuh 7 persen.
Penyebab utama pertumbuhan adalah turunnya harga minyak bumi. Harga di pasar internasional pada penutupan tahun 2014 turun hingga 46-48 persen, menjadi sekitar 60 dollar AS per barrel, dibandingkan dengan harga awal tahun. Penurunan ini diperkirakan tidak banyak berubah setahun ke depan. Turunnya harga minyak bumi disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi, terutama di Tiongkok, serta tingginya produksi minyak dan gas serpih (
Naiknya produksi minyak serpih di Amerika Serikat, salah satu konsumen minyak bumi terbesar, dianggap mengancam posisi negara-negara penghasil minyak di dalam OPEC sebagai pengendali harga. OPEC, dimotori Arab Saudi, memutuskan tidak menurunkan produksi minyak untuk mendorong harga terus turun.
Dengan biaya produksi 60-70 dollar AS per barrel, diperkirakan banyak produsen minyak serpih berskala kecil tidak dapat bertahan lebih dari satu tahun. Dari sisi sumber daya, minyak serpih dunia besarnya diperkirakan 3,2 triliun barrel setara minyak dari 600 endapan. Separuhnya terdapat di Amerika Serikat.
Turunnya harga minyak dunia menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) di tingkat konsumen dan mendorong turunnya harga barang sehingga konsumsi masyarakat meningkat. Pada gilirannya hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi di Amerika dan Uni Eropa.
Perbaikan ekonomi Amerika pada sisi lain akan mempercepat Bank Sentral menormalkan kebijakan moneter dan menaikkan suku bunga acuan. Hal ini yang dikhawatirkan negara-negara dengan defisit transaksi berjalan cukup besar, termasuk Indonesia, akan membuat dana di pasar modal mengalir keluar. Nilai tukar akan melemah dan menaikkan inflasi.
Penurunan cukup dalam harga minyak bumi harus dapat kita manfaatkan memperkokoh fondasi ekonomi nasional. Pemerintah mencabut subsidi BBM per 1 Januari dan menurunkan harga premium dan solar.
Meskipun terlambat karena harga-harga di tingkat konsumen telanjur naik, turunnya harga BBM diharapkan dapat menggerakkan perekonomian. Yang perlu diwaspadai, naiknya kembali impor bahan baku seiring naiknya konsumsi. Belanja modal pemerintah yang membesar karena penghapusan subsidi BBM harus benar-benar mampu menggerakkan ekonomi sektor riil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar