Menkeu Osborne dan Menteri Luar Negeri Philip Hammond akan berangkat ke Berlin, Jerman, dan Brussels, Belgia, untuk mengadakan negosiasi mengenai keberatan Inggris terhadap kebebasan tenaga kerja berpindah di Uni Eropa. PM Cameron tidak mempunyai pilihan lain kecuali melakukan itu karena dalam kampanyenya ia telanjur berjanji akan mengadakan referendum sebelum akhir 2017 untuk menentukan apakah Inggris akan tetap bergabung atau keluar dari Uni Eropa (UE).
Referendum dianggap perlu karena, sebelumnya, Cameron mendapatkan tekanan dari kelompok anti-UE di dalam partainya sendiri, Partai Konservatif, atas keanggotaannya di UE. Kalaupun tetap bergabung di UE, kelompok ini meminta agar Inggris melakukan perubahan besar dalam keanggotaannya di UE. Sementara itu, partai baru, Partai Independen Inggris (UKIP), berjuang agar Inggris keluar dari UE.
Pemerintah Inggris menginginkan ada pembatasan dalam kebebasan tenaga kerja untuk berpindah di dalam UE. Oleh karena Inggris menganggap para pekerja Eropa (pekerja yang datang dari negara anggota UE lain) banyak yang memanfaatkan berbagai tunjangan yang diberikan Pemerintah Inggris tanpa kecuali.
Itulah sebabnya, Cameron menegaskan ingin menarik kembali kekuasaan yang telah diberikannya kepada Brussels, yakni yang mencakup imigrasi dan tunjangan-tunjangan.
UE merespons keinginan Inggris untuk bernegosiasi asalkan Inggris tidak menuntut pembatasan kebebasan tenaga kerja berpindah di UE. Disempurnakan bisa, tetapi tidak dibatasi, atau bahkan dicabut. Itulah sebabnya, tidak berlebihan jika dikatakan tugas berat menghadang Cameron di UE.
Presiden Perancis Francois Hollande langsung mengingatkan, ada aturan-aturan Eropa yang harus dihormati. Ketua Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menegaskan, kebebasan untuk berpindah adalah prinsip yang tidak bisa ditawar. Kanselir Jerman Angela Merkel dalam beberapa kesempatan mengemukakan, pergerakan orang secara bebas di dalam UE itu tidak dapat ditawar. "Jika Cameron terus dengan idenya, Jerman tidak akan menjaga Inggris di UE menjelang referendum pada tahun 2017," ujarnya.
Melihat semua itu, kita dapat memperkirakan, jika Cameron tetap berkeras ingin membatasi kebebasan untuk berpindah di UE, tidak ada pilihan lain bagi Inggris kecuali bersiap-siap keluar dari blok UE. Dan, jika langkah itu yang akhirnya diambil Cameron, Inggris akan terkucil dari Eropa. Pertanyaannya, siapkah Inggris mengambil langkah itu?
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Mei 2015, di halaman 6 dengan judul "Soal UE Mulai Hadang Cameron".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar