Pertanyaan itu muncul mendahului dialog antara Pemerintah Suriah, kelompok oposisi, dan kekuatan regional yang akan diselenggarakan di Geneva, Swiss. Wajar muncul pertanyaan seperti itu. Sebab, bukan kali ini saja PBB memprakarsai dialog, perundingan damai Suriah.
Yang berpandangan optimistis tentu akan mengatakan prakarsa itu pantas didukung. Bagaimana mungkin tercapai perdamaian kalau tidak didahului pertemuan, dialog, dan perundingan. Dengan dialog, setiap pihak akan mengetahui posisi dan sikap pihak lain. Dari sana diharapkan akan muncul kesamaan-kesamaan, dan bersama-sama menyingkirkan perbedaan. Dengan demikian, akan terbuka jalan ke arah perdamaian.
Akan tetapi, mereka yang pesimistis akan mengatakan bahwa sulit dicapai kata sepakat apabila kondisi masih seperti sekarang ini. Situasi di lapangan sangat memprihatinkan. Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok yang berhadapan di Suriah: pemerintah, kelompok oposisi, dan kelompok bersenjata NIIS.
Di luar itu, masih ada sejumlah negara yang memiliki kepentingan atas Suriah atau mendukung kelompok oposisi atau bersenjata di Suriah. Sebut saja AS, Rusia, negara-negara sekitar Suriah, dan juga disebut-sebut Iran, Arab Saudi, dan Qatar. Belum lagi kelompok Hezbollah di Lebanon pun tak mampu menahan diri. Semua itu tentu saja membuat situasi di Suriah semakin parah dan rumit.
Sejak pergolakan di Suriah pecah pada tahun 2011, begitu banyak korban nyawa yang telah direnggut. Menurut catatan, hingga April lalu diperkirakan sudah 310.000 orang tewas, belum termasuk yang luka-luka, 6,5 juta orang tersebar-sebar meninggalkan kampung halamannya mencari selamat, dan sekitar 4 juta orang mengungsi ke negara-negara tetangga. Kerugian material belum dihitung akibat kerusakan dan kehancuran infrastruktur, kemunduran perekonomian. Negeri itu juga kehilangan satu generasi. Dengan gambaran seperti itu, masa depan Suriah memang sangat memprihatinkan.
Suriah kini bagaikan benang kusut. Banyak pihak yang berusaha menarik-narik, tetapi tidak untuk mengurai kekusutannya, melainkan untuk mencari keuntungan dari kekusutan itu. Mampukah PBB mengurai kekusutan "benang" Suriah? Dari mana mereka akan mengurai?
Tidak mudah bagi PBB sekalipun untuk mengurai "benang" kusut Suriah. Namun, sesulit apa pun, upaya untuk mengakhiri konflik di Suriah harus terus dilakukan, untuk mencegah terus berjatuhannya korban jiwa orang-orang yang tidak berdosa.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Mei 2015, di halaman 6 dengan judul "Suriah Masalah Berat bagi PBB".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar