Sebagai kelanjutan dari pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, yang berakibat dijatuhkannya sanksi oleh FIFA, saya sebagai penggemar sepak bola di Tanah Air menyampaikan beberapa hal.
Menpora beberapa kali menyatakan bahwa sepak bola Indonesia adalah milik rakyat Indonesia, tetapi dalam kenyataannya menganggap bahwa sepak bola miliknya sendiri. Tindakannya telah membuat banyak orang (pemain, pelatih, wasit, penjaga garis, penjaga stadion, petugas kebersihan, petugas parkir) beserta keluarga mereka menderita karena kehilangan nafkah.
Tugas Menpora bukan mengurus olahraga saja, melainkan juga pemuda. Apa tanggung jawabnya terhadap masih tingginya kasus pemuda yang terjerat narkoba, masih banyaknya tawuran antarpemuda, tingginya angka pemuda menganggur? Seharusnya di sinilah Menpora berkonsentrasi sebab masa depan pemuda masih panjang.
Jika Menpora mengetahui bahwa di dalam tubuh PSSI terdapat mafia, korupsi, pengaturan skor, mengapa ia tidak mengungkapnya dan melaporkan kepada penegak hukum?
NGANGRANG SUPRIHADI, TAMAN CIBALAGUNG RT 004 RW 005 KELURAHAN PASIRJAYA, KECAMATAN BOGOR BARAT, BOGOR, JAWA BARAT
Lebaran di Ancol
Atas surat Bapak Wattimena Christian diKompas (11/8), "Pembatasan di Ancol" tentang pengalaman rekreasi di Ancol Taman Impian, dengan ini kami jelaskan bahwa waktu berkunjung Bapak Wattimena Christian beserta keluarga pada 18 Juli 2015 bertepatan dengan H+1 Lebaran yang merupakan masa puncak berkunjung di area Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara.
Untuk menjaga kenyamanan pengunjung yang jumlahnya besar dan datang pada waktu bersamaan, manajemen Taman Impian Jaya Ancol menerapkan beberapa pengaturan dengan, antara lain, menerapkan sistem parkir sentral di beberapa titik dalam kawasan.
Pengaturan itu dimaksudkan agar kendaraan pribadi pengunjung yang jumlahnya sangat besar dapat digantikan dengan bus ulang-alik yang kami sediakan untuk memindahkan pengunjung di dalam kawasan. Tujuannya menghindari penumpukan kendaraan pribadi yang dapat menimbulkan kemacetan dan membuat pengunjung menjadi tidak nyaman.
Kami telah mengirim perwakilan untuk bertemu dengan Bapak Wattimena Christian pada 11 Agustus 2015. Permasalahan telah diselesaikan dan kedua belah pihak mencapai kesepahaman. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan.
FARIDA KUSUMA, SEKRETARIS PERUSAHAAN PT PEMBANGUNAN JAYA ANCOL TBK, PENGELOLA ANCOL TAMAN IMPIAN
Segera Dirapikan
Sehubungan dengan surat Bapak Petrus Darmawan Razak di Kompas (14/8), "Dinas Tata Air DKI Bohong", dengan ini kami jelaskan bahwa pekerjaan pembersihan saluran air dimaksud dilaksanakan Seksi Dinas Tata Air Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Setelah dilakukan pengecekan di lapangan, memang benar ada satu rumah yang masih belum dirapikan.
Mohon maaf atas ketidaknyamanan penghuni rumah di Jalan Krekot Bunder Raya 38, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Perbaikan segera dilakukan.
HERNING WAHYUNINGSIH, KEPALA SUKU DINAS TATA AIR KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT
Berliku, Bukan Terpaan Angin
Pada edisi 18 Agustus 2015, Kompasmenurunkan tajuk rencana "Menatap Jauh, Menuju 100 Tahun". Pada paragraf kedelapan tersua "Hanya, rupanya perjalanan mengisi kemerdekaan terasa panjang dan penuh terpaan angin, long and winding road."
Frasa berbahasa Inggris di akhir kalimat itu tampaknya diambil dari judul lagu The Beatles. Tidak apa-apa. Hanya saja, dari konteks kalimat itu dapat disimpulkan bahwa penulisnya keliru memaknaiwinding sebagai "penuh terpaan angin".
Kata winding pada frasa di atas tidak berasal dari nomina wind, yang berarti 'angin', tetapi verba wind yang berarti 'berliku'. Kata winding dibentuk sesuai dengan pola perubahan jenis kata bahasa Inggris dari verba menjadi adjektiva, yaitu dengan menambahkan akhiran -ingdi belakang verba. Jadi frasa long and winding road harus diterjemahkan "jalan panjang dan berliku".
Jika yang dimaksud jalan panjang yang penuh terpaan angin, terjemahan yang lebih sesuai adalah long and windy road.
DEDI KURNIA, MAHASISWA S-2 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS, UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI, JAKARTA BARAT
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Agustus 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar