Implikasi dari skandal yang melibatkan pialang Tom Hayes (35) ini berskala global karena bunga Libor (London Interbank Offered Rate)—bunga pinjaman antarbank di London—selama ini jadi patokan dalam semua kontrak dan transaksi keuangan senilai triliunan dollar AS, bukan hanya di Inggris, melainkan juga di dunia. Hal itu mulai dari transaksi keuangan canggih hingga penetapan bunga pinjaman bank dan bunga kredit kepemilikan rumah.
Hayes yang berjulukan genius, "Rain Man" dan "Libor Machiavelli", pernah bekerja di UBS dan Citigroup selama 2006-2010. Selama kurun waktu itu, ia didakwa melakukan delapan konspirasi manipulasi Libor. Keserakahan motif utamanya. Dari profesinya, dia kaya raya di usia muda.
Yang membuat semua tercengang, Hayes dengan entengnya mengungkapkan, praktik manipulasi Libor merupakan praktik umum yang marak, meluas, dan terang benderang karena dilakukan dengan sepengetahuan para manajer senior atasannya, bahkan CEO bank. Jadi, mustahil pihak-pihak terkait tidak sadar dengan praktik ini.
Sinyalemen bahwa sektor keuangan sebagai jantung perekonomian dunia dipenuhi psikopat dipertegas oleh pengakuan Hayes. Pasar, menurut dia, dipenuhi pialang yang bisa disuap untuk memanipulasi Libor. Hampir semua bank melakukan itu dan Libor digambarkan tak lebih hanyalah dagelan (literally a joke).
Cukup dengan disuap selembar coklat Mars, para bankir dan pialang bisa mengatur Libor sesuai pesanan. Mereka tak memikirkan implikasinya. Hayes tak melihat ada yang salah dalam sepak terjang dia dan sejawatnya. Transparansi dimaknai: manipulasi adalah sesuatu yang sudah diterima umum, bukan rahasia lagi dan tidak ditutup-tutupi.
Meski Hayes orang pertama yang pernah diadili di dunia terkait skandal Libor, ini bukan pertama kalinya skandal Libor terjadi. Pada 2006, sejumlah bank terkemuka dunia, termasuk Barclays (Inggris), UBS (Swiss), dan Royal Bank of Scotland (Skotlandia), juga dijatuhi denda.
Sebagai respons terhadap skandal waktu itu, Komisi Eropa pada 2006 mengusulkan reformasi regulasi dengan memindahkan pengawasan dan pengaturan Libor yang sebelumnya di tangan Asosiasi Bankir Inggris di London ke European Securities and Markets Authority di Paris.
Tujuannya untuk lebih mengawal penegakan tata kelola yang baik dan transparansi, mencegah konflik kepentingan, serta menjamin representasi Libor itu sendiri. Penetapan dan pengawasan Libor diperketat agar tak mudah dimanipulasi. Skandal Hayes yang terbongkar 2013 menunjukkan, para petualang seperti Hayes tak jera.
Selain peradilan terhadap pelaku dan denda berat pada lembaga tempatnya bekerja, dunia masih harus bekerja keras untuk membersihkan lembaga keuangan dari petualangan para bankir, pialang, dan aktor tak bertanggung jawab lain yang menghancurkan ekonomi dunia.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Agustus 2015, di halaman 6 dengan judul "Skandal Libor Si "Rain Man"".

Tidak ada komentar:
Posting Komentar