Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 21 Januari 2016

Menanti Listrik di Kei Besar//Tanggapan soal Redefinisi Pahlawan//Tanggapan BPJS//Kredit Pensiunan//Acak Kata (Surat Pembaca Kompas)


Menanti Listrik di Kei Besar

Masyarakat Kecamatan Kei Besar Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, ingin program penerangan listrik di daerahnya segera direalisasikan.

Harapan masyarakat kian berkembang sejak dipasangnya tiang-tiang listrik dan kabel di wilayah Maluku Utara akhir 2013. Bahkan sudah berdiri gardu listrik yang dibangun PT PLN Wilayah Maluku Utara. Namun, hingga Januari 2016 ini belum juga ada penerangan listrik di 9 desa (ohoi) serta 21 dusun di Kecamatan Kei Besar Utara Timur.

Sesuai hasil pemantauan kami bersama beberapa tokoh masyarakat pada 29-30 Desember 2015 di Kecamatan Kei Besar Utara Timur, 20 tiang listrik sudah roboh sehingga kabel listriknya pun terputus.

Permintaan dan harapan masyarakat ini sesuai program percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang diluncurkan Presiden Joko Widodo. Semoga pada 2016 ini masyarakat Kecamatan Kei Besar Utara Timur sudah dapat menikmati fasilitas penerangan listrik, seperti halnya warga daerah-daerah lain di Tanah Air.

HYPOLITUS LAYANAN, JL SWADAYA IV, PONDOK RANGGON, JAKARTA TIMUR

Tanggapan soal Redefinisi Pahlawan

Dalam rubrik surat pembaca Kompas, 19 Desember 2015, ada surat berjudul "Redefinisi Pahlawan". Saya sependapat dengan isi tulisan itu, yakni gelar pahlawan sama sekali tidak berhubungan dengan pangkat.

Seseorang disebut pahlawan karena perbuatan semasa hidupnya. Seperti yang disebutkan dalam Encyclopedia Americana, seseorang bisa disebut pahlawan kalau saat hidupnya memiliki keberanian luar biasa, tindakannya dinilai sangat mulia, dan dengan kualitas moral, serta intelektualitas yang sangat menonjol pula, demi kepentingan orang banyak dan nusa bangsa.

Sesuai peraturan, kenaikan pangkat anggota tentara dan polisi berlangsung secara otomatis dan rutin, tanpa keharusan yang bersangkutan pernah bertindak berani atau mulia.

Sebaiknya pemerintah segera mengganti keputusan presiden (keppres) lama dengan keppres baru. Gara-gara keppres lama, sudah banyak orang dimakamkan di taman makam pahlawan, meski selama hidupnya tidak pernah terlibat pertempuran.

ADITYA INDRA SETIAWAN, JL WIRADARMA IV, CIPINANG MELAYU, JAKARTA TIMUR

Tanggapan BPJS

Dengan dimuatnya surat pembaca berjudul "Bayar Iuran BPJS" oleh Bapak Budi Setiawan (Kompas, Rabu, 13/1), bersama ini kami mengucapkan terima kasih atas masukannya, terkait teknis pembayaran iuran BPJS Kesehatan melalui ATM.

Sebagai informasi, saat ini jumlah tagihan yang muncul di layar ATM memang hanya akumulasi total tagihan yang belum dibayar. Karena itu, jika tagihan sudah dibayar seluruhnya, angka tagihan yang muncul adalah Rp 0, yang berarti lunas.

Saran dan masukan dari Bapak Budi kami pertimbangkan sebagai bahan masukan perbaikan pelayanan BPJS Kesehatan di masa depan.

IKHSAN, KEPALA GRUP KOMUNIKASI PUBLIK DAN HAL, BPJS KESEHATAN

Kredit Pensiunan

Pada Januari 2014 saya akad kredit di Bank CIMB Niaga dengan jaminan SK Pensiun Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri). Angsuran tiap bulan dipotong langsung oleh kantor Pemeriksa 001 KPPK Daan Mogot Asabri Cabang Jakarta Barat, tempat saya mengambil pensiun.

Pada 11 November 2015 saya melunasi pinjaman di Bank CIMB Niaga Pusat Bandung (Bapak Noto) dan jaminan SK Pensiun diambil di Menara Sudirman Jakarta (Bapak Fadly) 2 Desember 2015. Namun, ketika mengambil pensiun pada Desember 2015, masih ada potongan angsuran ke-23 yang harusnya sudah tidak ada.

Pada Januari 2016 saya masih belum menerima uang yang terpotong. Saya tanyakan ke Bapak Fadly, ternyata untuk menerima uang yang terpotong harus membuka rekening CIMB Niaga dengan setoran Rp 10.000.

Mengapa harus begitu? Kesalahan bukan pada saya, seharusnya pihak CIMB Niaga yang berusaha mengembalikan.

SUNARTININGSIH, JL CIGRA B-72 SUKABUMI UTARA, KEBON JERUK, JAKARTA BARAT

Acak Kata

Sebagai seorang lansia, saya menggemari rubrik Acak Kata di "Klasika" Kompas dan saya yakin ada ribuan penggemarnya. Menurut hemat saya Acak Kata itu berguna untuk menghambat alzheimer.

Saya sangat kehilangan Acak Kata yang tidak keluar sejak 28 Desember 2015. Saya mohon dengan hormat agar rubrik Acak Kata itu tidak dihentikan.

D SUNGKONO, JL O KAVLING 20 KEBON BARU, TEBET, JAKARTA SELATAN

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Januari 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger