Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 21 Januari 2016

TAJUK RENCANA: Prospek Perdamaian Suriah (Kompas)

Perundingan perdamaian Suriah yang akan dilaksanakan Senin pekan depan terancam gagal. Jika itu terjadi, hilanglah momentum yang sangat berharga itu.

Menurut rencana, perundingan—yang difasilitasi Dewan Keamanan PBB dan didukung oleh negara-negara besar yang terlibat dalam krisis di Suriah, seperti Rusia, Amerika Serikat, Iran, Arab Saudi, dan Turki—akan diselenggarakan di Geneva, Swiss, Senin pekan depan. Inilah peluang yang sangat baik untuk menghentikan perang di Suriah, sekaligus menata ulang "arsitektur" pemerintahan di Suriah.

Apalagi, perundingan perdamaian tersebut—didasarkan atas resolusi DK PBB Nomor 2249 dan 2254 yang menyodorkan peta jalan damai bagi masa depan Suriah—didukung oleh dua kekuatan besar, yakni AS dan Rusia. Kedua negara itu selama ini memiliki perbedaan tentang masa depan Suriah; terutama menyangkut posisi Presiden Bashar al-Assad.

Akan tetapi, jalan panjang yang mengarah pada ujung terowongan menuju tanah harapan baru itu kini terancam menemui jalan buntu. Ada persoalan yang tidak mudah diselesaikan. Persoalan itu menyangkut siapa yang mewakili pihak oposisi dalam perundingan di Geneva itu.

Persoalan siapa wakil oposisi menjadi sangat penting karena hingga sekarang kekuatan oposisi di Suriah tidak bersatu. Ada organisasi oposisi yang disebut Dewan Nasional Suriah (SNC) yang berpusat di Istanbul, Turki. SNC merupakan organisasi payung, yang memayungi tujuh organisasi yang berbeda. SNC tidak memiliki hubungan baik dengan kekuatan oposisi lokal dan kehilangan kredibilitas serta pengaruhnya di Suriah ketika konflik makin menghebat dan menjadi lebih militeristis.

Selain SNC, ada kelompok lain lagi, yakni Komite Koordinasi Nasional (NCC). Koalisi oposisi ini berpusat di Damaskus. Yang sangat membedakan dengan SNC adalah NCC mau melakukan dialog politik dengan rezim. Sikap politik seperti itu yang membuat NCC tidak populer di antara gerakan oposisi akar rumput.

Di samping dua kelompok oposisi itu, masih ada lagi gerakan akar rumput. Kelompok-kelompok akar rumput ini memiliki pijakan kuat di tengah masyarakat. Mereka membentuk komisi bersama yang diberi nama Komisi Umum Revolusi Suriah (SRGC). Kelompok ini mewakili 70 persen dari dewan revolusioner dan mayoritas komite koordinator lokal.

Masih belum bersatunya kekuatan oposisi ini tak pelak lagi menjadi hambatan besar bagi berlangsungnya perundingan perdamaian di Geneva dan menjadi perintang bagi terciptanya perdamaian. Karena itu, bersatunya seluruh oposisi, seluruh komponen masyarakat, menjadi syarat mutlak bagi keberhasilan perundingan perdamaian dan terciptanya perdamaian. Jika hal itu tak terwujud, konflik akan terus terjadi. Sementara ada kelompok lain yang menginginkan Suriah hancur, yakni NIIS.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Januari 2016, di halaman 6 dengan judul "Prospek Perdamaian Suriah".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger