Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 08 Maret 2016

Jangan Lewat Pemerintah//Apartemen Bocor//Penagih Utang Salah Sasaran (Surat Pembaca Kompas)

Jangan Lewat Pemerintah

Kompas, 25 Februari 2016, memberitakan kritik terhadap keputusan Kemenpora mengucurkan dana APBN untuk pebalap Indonesia, Rio Haryanto, di ajang Formula 1.

Rio dikabarkan harus membayar 15 juta euro (Rp 225 miliar) kepada Tim Manor untuk membalap di F1 musim 2016. Rio sudah membayar 5,2 juta euro dari Pertamina sebagai sponsor. Jumlah yang sangat signifikan.

Menurut saya, BUMN dan kementerian perlu membuat skala prioritas dan kebijakan fundamental nasional. Maka, saya sangat setuju dengan pendapat Yayuk Basuki, anggota Komisi X DPR, yang mengatakan bahwa pengucuran dana dari Kemenpora melanggar aturan karena pemerintah hanya membantu pembinaan olahraga amatir, sedangkan Rio adalah pebalap profesional. F1 adalah bisnis.

Dukungan BUMN dan kementerian terbatas pada mencari dan mendorong sponsor swasta, bukan mensponsori. Media Inggris yang dikutip Kompas (19/2) pernah memberitakan tentang Will Stevens yang memilih berlomba di ajang otomotif Amerika Serikat karena hanya memiliki modal 6 juta pound atau Rp 115,3 miliar.

Sebaiknya Pertamina ataupun Kemenpora kembali ke aturan dan etika yang berlaku, untuk membatasi diri pada kebijakan yang bersifat pembinaan olahraga amatir, bukan profesional, dan sekadar membantu mencarikan sponsor.

Pemerintah negara-negara maju sangat jarang mensponsori olahraga profesional. Usulan menggunakan dana dari APBN dan Kementerian Pariwisata untuk kegiatan profesional seyogianya dihentikan. Biarlah para profesional mengembangkan diri dengan sponsor dari swasta.

Demikianlah kebijakan yang sehat dan proporsional.

HASIHOLAN SIAGIAN, JL AUP BARAT, JATI PADANG, PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN

Apartemen Bocor

Saya mengontrak Apartemen Greenbay Pluit, Jakarta Utara, di Tower Gardenia lantai 9AE.

Tanggal 8 Agustus 2015 sore, ketika turun hujan lebat, ada genangan di luar kamar. Saya kira saya lupa menutup keran air, ternyata genangan berasal dari aliran air di ujung plafon kamar.

Saya mengontak resepsionis melalui interkom, dalam 5 menit datanglah petugas berseragam abu-abu bertuliskan Inner City Management (ICM). Ia memeriksa plafon dan mengisi lembar kerja dengan deskripsi: Cek rembes KTU dan kopi lembaran kuning diberikan kepada saya. Saya diminta menunggu jadwal gondola dan dijanjikan segera diperbaiki dari luar dan dalam.

Tanggal 8 November 2015 sore hujan turun lagi. Saya perhatikan plafon yang pernah bocor. Ternyata, perlahan muncul aliran air. Kesimpulan saya, plafon masih bocor dan belum diperbaiki.

Kembali saya menghubungi resepsionis dan petugas lain datang ke unit saya. Petugas itu pun memeriksa plafon dan membuatkan lembar kerja kedua. Kembali saya dijanjikan perbaikan sesegera mungkin.

Desember 2015, intensitas hujan semakin tinggi dan kebocoran plafon saya semakin parah. Lapisan cat plafon sampai mengelupas. Saya sudah mengajukan laporan kebocoran dari 4 bulan yang lalu, kenapa tidak kunjung dikerjakan?

Tanggal 4 Januari 2016 akhirnya saya melapor langsung ke kantor pengelola Tower Gardenia sambil membawa 2 kopi lembar kuning. Saya berbicara langsung dengan dua orang layanan pelanggan dan seorang petugas berseragam ICM. Mereka menjawab, gondola sedang rusak dan perlu waktu untuk perbaikan.

Saya disarankan menunggu giliran gondola berfungsi dan berkeliling sesuai abjad tower, serta angin tidak bertiup kencang. Sampai kapan?

CYNTHIA, APARTEMEN GREENBAY PLUIT

Penagih Utang Salah Sasaran

Suami saya bekerja di suatu perusahaan otomotif. Salah satu anak buahnya, F, menurut Perusahaan Debt Collector AmKei yang beralamat di Kamal Kapuk Cengkareng, Jakarta Barat, sudah setahun ini menunggak kartu kredit Visa Bank Mega.

Yang tidak masuk akal, mengapa suami saya yang diteror dengan SMS-SMS yang tidak menyenangkan, bahkan sudah mengancam kami sekeluarga.

Awal menerima telepon dan SMS ancaman, suami saya sudah menyatakan bahwa ia tidak bisa membantu karena ini adalah masalah pribadi F, bukan urusan kantor, dan menyarankan untuk menagih langsung yang bersangkutan. Namun, SMS balasannya sangat kasar dan tidak sopan, demikian juga dengan SMS-SMS lain dari penagih utang yang mengaku bernama Ruli itu.

Bank Mega, tolong kami jangan dilibatkan.

ZULITA, PONDOK LABU, JAKARTA SELATAN

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Maret 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Pembaca".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger