Hari Minggu (23/10), Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengonfirmasi pembebasan itu. Selain dari Indonesia, sandera yang dibebaskan berasal dari Taiwan, Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Tiongkok.
Keempat awak kapal asal Indonesia yang dibebaskan adalah Sudirman, Supardi, Adi Manurung, dan Elson. Para sandera akan menjalani pemeriksaan kesehatan di Kenya sebelum terbang ke negara masing-masing.
Sebanyak 26 pelaut itu dibajak saat menumpang kapal FV Naham 3 di selatan Seychelles, Afrika Timur, Maret 2012. Kapten kapal tewas dalam peristiwa itu. Diduga mereka adalah kelompok terakhir yang dibajak menyusul gelombang pembajakan pada pertengahan 2000-an.
Menurut kantor berita Reuters, wakil dari pembajak, Bile Hussein, menyatakan, pembebasan itu dilakukan setelah perompak mendapat tebusan 1,5 juta dollar AS. Namun, pernyataan Hussein ini belum dapat diverifikasi.
Pembajakan di sepanjang pantai Somalia merupakan salah satu ancaman serius bagi industri perkapalan dunia. Hampir semua sandera adalah pelaut.
Pembajakan di dekat Somalia turun drastis dalam beberapa waktu terakhir karena patroli bersama angkatan laut negara anggota NATO, Tiongkok, dan India. Menurut John Steed dari Oceans Beyond Piracy, para sandera diperlakukan tidak manusiawi. Dua orang, salah satunya bernama Nasirin, warga negara Indonesia, dilaporkan meninggal karena sakit di lokasi penyanderaan.
Sandera asal Filipina, Arnel Balbero, mengisahkan, selama hampir lima tahun, setiap hari para sandera diberi sedikit air dan merasa seperti mayat berjalan. "Kami makan tikus. Ya, kami memasaknya di tengah hutan. Kami makan apa pun yang ada," katanya.
"Di sana tidak ada air, tidak ada makanan. Semua orang dari kami mengalami sakit, tetapi tidak ada obat yang diberikan kepada kami. Itulah sebabnya, dua orang di antara kami meninggal," ujar Shen Jui-chang, kepala mesin kapal FV Naham 3, dalam video singkat yang dibuat tahun 2014 oleh pengacara asal Taiwan.
Biro Maritim Internasional (IMB) mencatat, ada 98 kasus pembajakan sepanjang Januari-Juni 2016. Tujuh dari 10 pembajakan yang disertai penculikan di dunia terjadi di Teluk Guinea, Afrika Barat.
TNI pernah melakukan upaya pembebasan sandera yang dibajak di Somalia tahun 2011. Kita juga tahu, tahun ini, Indonesia dihadapkan pada pembajakan oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Kita berharap cara-cara diplomasi dalam upaya membebaskan sandera dikembangkan serta tidak melakukan transaksi berupa uang tebusan untuk membebaskan sandera.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Oktober 2016, di halaman 6 dengan judul "Uang Tebusan dan Sandera".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar