Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 25 November 2016

Investasi Nutrisi Anak dan Kemakmuran Indonesia (VICTORIA KWAKWA)

Pada kunjungan pertama saya sebagai Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, saya berkesempatan mempelajari apa saja pencapaian dan tantangan Indonesia untuk mewujudkan aspirasinya menjadi salah satu negara paling makmur di dunia.

Setelah krisis keuangan yang melanda Asia hampir 20 tahun lalu, Indonesia telah memperkuat ketahanan makroekonominya dan mengurangi kerentanan melalui pengelolaan makroekonomi yang kuat. Indonesia berkembang menjadi negara berpenghasilan menengah, dengan terus melipatnya jumlah kelas menengah dan pemangkasan angka kemiskinan lebih dari setengah.

Namun, Indonesia tetap menghadapi tantangan pemerataan kemakmuran yang lebih luas. Ketimpangan pendapatan masih tinggi, sepertiganya karena perbedaan keadaan antara warga yang ditentukan saat kelahiran.

Misalnya, malnutrisi memperburuk ketidakdilan yang dialami anak-anak miskin, mulai dari awal kehidupan mereka. Hal ini menghambat kemampuan mereka sebagai orang dewasa. Stunting (pengerdilan; anak yang tidak tumbuh normal) berkembang pada 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak; masa kritis yang akan mengganggu perkembangan sel otak. Dampaknya bisa sangat berbahaya.

Menurut penelitian, anak- anak penderitastunting sulit berprestasi di sekolah dan mungkin penghasilan mereka selama hidup akan 10 persen lebih rendah. Pada 2013, hampir 9 juta atau 37 persen anak balita di negara ini terhambat pertumbuhan tinggi badannya. Hal ini menempatkan Indonesia dalam perangkat kelima negara terbesar di dunia dengan persentase jumlah terbanyak anak penderita stunting.

Stunting bisa berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit tidak menular dan risiko obesitas saat dewasa. Akibat mahalnya biaya kesehatan dan berkurangnya nilai produktivitas, maka cenderung akan berkaitan dengan kerugian ekonomi.

Pengalaman global menunjukkan, kita dapat mengatasi stunting dengan menerapkan pendekatan holistik yang mengatasi beberapa sebab stunting dan menciptakan sinergi di antara beberapa program intervensi, baik di dalam maupun luar sektor kesehatan. Contohnya, Peru berhasil memangkas persentase stunting sebesar setengah dalam kurun kurang dari satu dekade. Faktor utama keberhasilan adalah: komitmen kuat pada tingkat tertinggi pemerintahan; alokasi anggaran ke daerah geografis dengan tingkat stuntingyang tinggi; penggunaan struktur insentif yang inovatif dan sejalan dengan kebutuhan rumah tangga; fasilitas kesehatan dan pemerintahan lokal guna mengatasi stunting; dan penggunaan sistem data terpadu yang mengintegrasi program bantuan sosial.

Dengan dukungan Bank Dunia, Pemerintah Indonesia telah memperkuat upaya mengatasi akar penyebab malnutrisi. Dalam kunjungan ke Indonesia, saya sempat berkunjung ke Yogyakarta dan melihat bagaimana program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dilaksanakan pemda bersama masyarakat di 32 provinsi Indonesia. Kurangnya air bersih bisa mengancam kesehatan ibu dan anak, yang berujung pada kekurangan gizi akut dan meningkatnya prevalensi stunting.

Program Pamsimas memberikan penyuluhan menerapkan kebersihan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Hingga akhir tahun lalu, program ini membantu lebih dari 9 juta warga Indonesia untuk mendapatkan air bersih dan menyediakan fasilitas sanitasi bagi 8,4 juta orang di 12.000 desa. Karena dianggap sebagai pilihan yang efektif secara biaya untuk meningkatkan kualitas air dan sanitasi, program ini diharapkan dapat meluaskan jangkauannya hingga dinikmati lebih dari 27.000 desa di 400 kabupaten. Perkiraan biaya sekitar 1,64 miliar dollar AS.

Kunjungan saya ke puskesmas yang didukung program Generasi Sehat dan Cerdas memberi saya pemahaman yang lebih dalam mengenai pentingnya kemitraan yang kuat antara pemda, penyedia layanan, dan masyarakat guna memperbaiki kesehatan serta nutrisi kaum ibu dan anak. Program ini memberi dukungan perawatan dan nutrisi kepada 5 juta ibu dan anak di 5.500 desa di 11 provinsi. Melalui dana hibah program ini, kami ingin memastikan ibu hamil mendapat asupan zat besi yang cukup, serta mendapat perawatan yang layak sebelum dan sesudah melahirkan. Anak-anak mereka mendapat imunisasi dan perawatan yang baik.

Di salah satu provinsi termiskin, program ini mampu mengurangi hingga 20 persen kasus berat badan kurang pada bayi, juga mengurangi 33 persen jumlah anak-anak penderita kurang berat badan. Jumlah kasus stunting di provinsi ini berkurang hingga 21 persen setelah implementasi program selama tiga tahun.

Keberhasilan dua program ini perlu diperluas ke seluruh pelosok. Para pembuat kebijakan, masyarakat, kalangan swasta, dan mitra-mitra pembangunan perlu bekerja sama untuk meningkatkan investasi pada peningkatan kualitas nutrisi, meningkatkan apa yang masih bisa ditingkatkan, dan menyokong penelitian yang dapat menentukan arah kebijakan. Kerja sama ini diharapkan bisa memperkuat koordinasi dan integrasi dari beberapa program lain guna mengatasi faktor-faktor penentu stuntingyang bersifat multisektoral. Juga memperbaiki kualitas belanja pemerintah dan pemberian layanan di tingkat lokal guna menghasilkan nutrisi yang sehat.

Bank Dunia berkomitmen untuk bekerja dengan Pemerintah Indonesia dan mitra pembangunan lain guna menciptakan strategi, kebijakan, dan program- program yang akan memajukan negara ini menuju suatu visi di mana tak ada satu anak pun yang mengalami stuntingatau malnutrisi. Sebuah visi di mana setiap anak akan mendapat kesempatan terbaik di awal hidup mereka guna memenuhi kemampuan mereka untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi bagi aspirasi Indonesia jadi salah satu negara paling makmur di dunia.

VICTORIA KWAKWA, WAKIL PRESIDEN BANK DUNIA UNTUK ASIA TIMUR DAN PASIFIK

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 November 2016, di halaman 7 dengan judul "Investasi Nutrisi Anak dan Kemakmuran Indonesia".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger