Dunia geram, tetapi tidak dapat berbuat banyak. Upaya mendatangkan bantuan kemanusiaan terus dihalang-halangi pasukan Pemerintah Suriah dan Rusia. Upaya damai atau pemberian sanksi kepada Suriah yang digagas PBB terus dimentahkan Rusia yang memiliki hak veto.
Bahkan, sering terjadi saling tuduh antara Rusia dan AS dalam kasus kekerasan di Suriah. Jika sebelumnya Rusia dituduh terlibat dalam pengeboman yang menewaskan warga sipil Suriah di Aleppo, Senin lalu AS dituduh menyebabkan terbunuhnya 10 warga sipil di Provinsi Raqqah.
Namun, Duta Besar AS di PBB Samantha Power menyebut sejumlah jenderal Suriah yang dianggap bertanggung jawab atas terkepungnya hampir 1 juta warga tersebut. Power menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Rusia menjadikan "kelaparan, bom, dan menyerah" sebagai strategi melumpuhkan pemberontak di timur Aleppo.
Senada dengan Power, Kepala Kemanusiaan PBB Stephen O'Brien mengkritik keras pemerintahan Assad. Kondisi kemanusiaan di Aleppo timur, menurut O'Brien, "dari mengerikan menakutkan dan sekarang sepertinya sulit bertahan hidup".
Pernyataan O'Brien wajar karena warga yang terkepung hanya punya pilihan bergabung atau menghadapi pemberontak. Bergabung dengan pemberontak bisa berarti menjadi sasaran bom pemerintah, atau melawan pemberontak yang berarti menjadi sasaran pemberontak.
Power juga mengakui bahwa pemberontak dan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) terlibat dalam kekerasan ini. Namun, Power tidak menyebut satu nama pun dari dua kelompok ini.
Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault menyatakan siap bekerja sama untuk membawa kelompok bersenjata di Suriah ke Mahkamah Internasional. Selama ini, upaya membawa pemimpin Suriah ke Mahkamah Internasional selalu diveto Rusia.
Upaya PBB mencari solusi damai di Suriah, Senin kemarin, kembali gagal karena Pemerintah Suriah menolak usulan yang dibawa Utusan Khusus PBB Staffan de Mistura. PBB mengusulkan gencatan senjata dan memberikan otonomi untuk kawasan Aleppo timur.
Mistura meminta presiden terpilih AS, Donald Trump, memperhatikan yang terjadi di Suriah. Mistura sadar Assad dan Rusia selalu menghalangi upaya damai untuk menghindari tragedi kemanusiaan lebih dahsyat di Suriah. Apalagi, jika AS dan Trump nantinya betul-betul berkolaborasi dengan Rusia, sulit dibayangkan masalah Suriah akan cepat teratasi.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 November 2016, di halaman 6 dengan judul "Hindari Tragedi Kemanusiaan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar