Akselerasi pertumbuhan itu terutama ditopang ekspansi belanja pemerintah dan kebangkitan sektor properti menyusul pelonggaran kredit oleh sektor perbankan (Kompas, 18/4). Faktor lain yang juga berperan penting adalah ekspansi sektor industri, khususnya elektronik, yang sejalan dengan meningkatnya permintaan global.
Elektronik adalah industri yang terbukti mampu menjadi motor booming ekspor China beberapa tahun terakhir, sekaligus pada saat yang sama menggerakkan permintaan domestik. Pertumbuhan PDB industri adalah yang tertinggi sejak akhir 2014. Investasi dan angka penjualan ritel, di luar dugaan, juga tumbuh kuat.
Perekonomian kedua terbesar setelah Amerika Serikat ini menunjukkan pertumbuhan stabil 6,7-7,2 persen selama 11 triwulan terakhir. Angka ini menunjukkan soft landing ekonomi China yang sebelumnya mencatat pertumbuhan rata-rata dua digit selama hampir dua dekade pada kurun waktu 1980-an hingga 1990-an. Ketakutan bahwa China akan mengalami perlambatan ekonomi tajam (hard landing) dengan pertumbuhan melambat hingga 5-6 persen per tahun—sehingga dikhawatirkan memunculkan guncangan pada ekonomi global—tidak terbukti.
Pertanyaannya, sejauh mana stabilitas dan akselerasi ekonomi China ini akan berlanjut? Banyak ekonom memilih menunggu data lebih rinci menyangkut perdagangan, konstruksi, dan belanja ritel sebelum memastikan kembalinya China sebagai motor solid pertumbuhan dan percepatan pemulihan global. Beberapa sektor yang berada di luar kendali pemerintah, seperti belanja ritel dan investasi swasta, adalah faktor yang masih jadi tanda tanya.
Pada satu sisi, stabilitas dan akselerasi pertumbuhan China ini menunjukkan keberhasilan kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam mencegah gejolak dan perlambatan tajam ekonomi, khususnya dengan menggenjot belanja infrastruktur dan juga kredit perumahan di tengah perlambatan ekonomi. Semua ini dimungkinkan dengan kendali langsung yang dimiliki pemerintah atas bank-bank skala besar, BUMN raksasa, dan likuiditas masif untuk mewujudkan target pertumbuhan yang ditetapkan.
Pertumbuhan relatif juga ditopang semua komponen dalam perekonomian. Namun, bagaimana pelonggaran kredit yang sangat ekspansif yang berakibat pada melonjaknya utang, tidak justru menjadi ancaman bagi prospek pertumbuhan tahun-tahun ke depan, menjadi salah satu tantangan penting yang dihadapi China untuk menjaga kesinambungan stabilitas dan akselerasi pertumbuhan.
Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi China yang kuat dan sehat juga akan menjadi berita baik bagi ekonomi global, termasuk Indonesia. Apalagi, China adalah lokomotif penting ekonomi global, perekonomian kedua terbesar, dan salah satu tujuan ekspor terpenting Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar