Dalam proses demokrasi elektoral, tentunya akan ada pasangan yang lebih dipercaya warga DKI Jakarta untuk memimpin Jakarta periode 2017-2022. Hal itu wajar dan sangat biasa saja dalam proses demokrasi. Apakah mandat warga Jakarta akan diberikan lagi kepada pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat atau pasangan baru, yakni mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga S Uno, akan ditentukan oleh suara warga Jakarta, Rabu besok.
Kematangan demokrasi (mature democracy) akan sangat ditentukan oleh kesiapan pasangan calon untuk menerima apa pun suara warga. Kemenangan atau kekalahan bukanlah akhir dari sebuah karier politik pasangan calon. Yang justru harus diutamakan adalah sikap pasangan calon dan tim sukses mereka untuk menerima apa pun suara warga Jakarta dalam pilkada yang jujur, fair, dan transparan untuk Jakarta yang lebih baik, Jakarta yang beragam, dan Jakarta yang toleran.
Pasangan calon dan tim suksesnya mempunyai tanggung jawab moral untuk tidak merusak nilai-nilai demokrasi. Politik uang untuk membeli suara, intimidasi untuk mengarahkan pemilih untuk tidak memilih pasangan calon atau memilih pasangan calon tertentu, adalah tindakan anti demokrasi, yang seharusnya dihindari. Aturan hukum harus ditaati dan dihormati agar Jakarta tetap bisa dijadikan barometer bagi pilkada daerah lain.
Dalam sistem yang sangat terbuka, berbagai kecurangan akan dengan segera diketahui publik. Dengan tingkat rasional warga Jakarta, kita yakin penyuapan politik dan intimidasi tidak akan mengurangi antusiasme warga Jakarta untuk memberikan suaranya pada Rabu besok. Kita dorong warga Jakarta untuk menggunakan hak pilih mereka, hak politik yang dijamin konstitusi, untuk ikut menentukan masa depan Jakarta dan Indonesia. Biarlah mereka bersuara sesuai dengan hati nurani mereka.
Kita yakin dengan berbagai pengalaman sejarah, Jakarta akan bisa melalui ujian demokrasi yang oleh sebagian orang dirasakan sangat berat. Penetrasi media sosial yang kerap memproduksi berita palsu dan konten yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kadang memengaruhi kondisi psikologis warga Jakarta. Situasi itu sebenarnya terbaca dari sejumlah lembaga survei yang hasilnya beragam. Rata-rata hasil survei menunjukkan selisih di antara pasangan calon masih tetap dalam rentang batas ambang kesalahan sehingga sangat sulit memprediksi siapa yang bakal menjadi pemenang. Elite politik dan masyarakat mempunyai tanggung jawab mematangkan demokrasi.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 April 2017, di halaman 6 dengan judul "Ujian Demokrasi Jakarta".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar