Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 23 Agustus 2017

ARTIKEL OPINI: Tantangan Kerja Sama RI-Vietnam (IBNU HADI)

Dengan nama resmi Republik Sosialis Vietnam, Vietnam saat ini menerapkan socialist oriented market economy dengan kebijakan ekonomi pasar di bawah pengendalian penuh pemerintah yang dikuasai partai tunggal Partai Komunis Vietnam.
HANDINING

Dalam kesehariannya, Vietnam tidak berbeda jauh dengan Thailand, Filipina, ataupun Indonesia. Kota bisnis Ho Chi Minh City serasa Surabaya dengan segala keramaiannya. Di Pasar Ben Thanh, perempuan berjilbab berseliweran menawarkan cendera mata. Terdapat cukup banyak restoran halal dan masjid di kota yang dulu bernama Saigon. Semua ini menunjukkan perkembangan pesat Vietnam dengan keterbukaan ekonomi dan meningkatnya pariwisata.

Sistem ekonomi pasar dijalankan sejak kebijakan Doi Moi (pembaruan) diluncurkan pada 1986. Sejak itu ekonomi Vietnam bertumbuh pesat. Bayangkan, tahun 1990-2000 bertumbuh rata-rata 6 persen, tahun 2001-2007 mencapai angka fantastis 7-8,5 persen, tahun 2008-2013 sedikit melambat di angka 5-6,4 persen, dan meningkat kembali pada 2014-2016 dengan rata-rata 6,2-6,8 persen.

Pesaing Indonesia

Vietnam sering disebut sebagai pesaing Indonesia, baik dalam perdagangan, menarik investasi asing, maupun pengembangan sumber-sumber daya. Ada betulnya dan ada tidak betulnya.

Betul dalam pengertian, kedua negara sama-sama merupakan emerging economy dengan pertumbuhan rata-rata di atas 5-6 persen setahun, memerlukan investasi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, serta menghasilkan produk kopi, lada, beras, kayu, dan produk manufaktur berupa tekstil dan garmen, sepatu, dan barang elektronik.

Target Vietnam adalah menjadi negara industri pada 2020 dengan proyeksi GDP per kapita di atas 3.200 dollar AS pada 2020, saat ini masih 2.370 dollar AS.Indonesia sebagai negara terbesar ke-16 dari sudut GDP saat ini sudah memiliki GDP per kapita di atas 3.800 dollar AS dan diperkirakan mencapai hampir 5.000 dollar AS tahun 2020 (proyeksi IMF).

Dengan total perdagangan luar negeri349,20 miliar dollar AS tahun 2016, ekonomi Vietnam sudah melebihi Indonesia yang tercatat 280 miliar dollar AS pada tahun yang sama. Vietnam unggul dalam ekspor, terutama telepon seluler, sepatu, tekstil dan garmen, perikanan, kopi, beras, lada, serta kacang mete.

Namun, Indonesia-Vietnam sebenarnya juga komplementer dan saling membutuhkan. Data Vietnam menunjukkan, nilai perdagangan kedua negara mencapai 5,6 miliar dollar AS tahun 2016 dengan sedikit surplus di pihak Indonesia. Enam bulan pertama 2017, perdagangan bilateral sudah menunjukkan kenaikan pesat mendekati 25 persen.

Implementasi ASEAN Economic Community dengan ASEAN Trade in Goods Agreement dan kemitraan strategis RI-Vietnam sejak 2013 mendorong peningkatan ekspor impor. Pada akhir 2017 diperkirakan nilai perdagangan kedua negara 6,8 miliar dollar AS, naik lebih dari 20 persen. Semester pertama tahun 2017 (Januari-Juni 2017), total perdagangan Indonesia-Vietnammencapai 3,18 miliar dollar AS, naik 24,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016.

Nilai ekspor Indonesia ke Vietnam 1,76 miliar dollar AS atau naik 37,37 persen dan nilai impor Indonesia 1,42 miliar dollar AS atau naik 12,08 persen sehingga perdagangan Indonesia surplus 341,79 juta dollar AS. Januari-Juni 2017 produk ekspor Indonesia yang naik tertinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 adalah kendaraan bermotor senilai 184,18 juta dollar AS (naik 997,23 persen), batubara 161,32 juta dollar AS (naik 174,24 persen), bahan kimia 98,36 juta dollar AS (naik 81,02 persen), danparts & accessories of motor vehicles84,75 juta dollar AS (naik 45,53 persen). Ekspor utama Indonesia saat ini, terutama mobil, khususnya Toyota Fortuner, mencatat kenaikan fantastis. Sementara batubara, suku cadang kendaraan, kertas, dan minyak nabati meningkat pesat.

Impor RI juga meningkat 12 persen. Produk impor dari Vietnam adalah produk telepon, telepon seluler dan peralatannya, besi dan baja, mesin dan peralatan, komputer, serta peralatan listrik. Keseluruhan, prospek perdagangan bilateral terlihat cerah.

Investasi

Saat ini Vietnam merupakan salah satu tujuan utama penanam modal asing. Investor asing, terutama Korsel, Jepang, Taiwan, dan Singapura, berlomba memasuki pasar Vietnam.

Sejumlah investor Indonesia, langsung ataupun melalui Singapura, juga memasuki Vietnam. Betul, dari sudut biaya tenaga kerja, harga tanah, dan birokrasi, Vietnam lebih simpel dari Indonesia. Namun, Indonesia memiliki kelebihan, yaitu pasar domestik besar dan kelas menengah yang berdaya beli. Dalam hal ini, Indonesia perlu introspeksi diri, terutama simplifikasi prosedur dan delegasi ke daerah.

Di Vietnam, sektor swasta dan penanaman modal asing menjadi salah satu pendorong penting perekonomian nasional. Investor asing masuk ke Vietnam karena berbagai faktor, antara lain stabilitas politik, jaminan keamanan, tenaga kerja murah, konflik industri rendah, perizinan mudah, dan infrastruktur tersedia.

Indonesia dan Vietnam dengan banyaknya kesamaan memiliki modalitas untuk meningkatkan hubungan bilateral dan kerja sama di berbagai bidang, khususnya bidang ekonomi. Beberapa peluang meningkatkan kerja sama adalah di bidang pertambangan/energi, pertanian, dan pengolahan hasil perikanan.

Untuk pembangunan ekonomi nasional Vietnam butuh batubara, besi dan baja, minyak nabati, kayu, rotan, plastik,fiberglass, serta bahan baku industridalam negeri. Vietnam juga memerlukan berbagai jenis peralatan jaringan telekomunikasi, sarana transportasi mobil dan sepeda motor, serta barang konsumtif lainnya. Peluang ini dapat dimanfaatkan Indonesia.

Sejumlah perusahaan Indonesia telah beroperasi di Vietnam, seperti Ciputra, Semen Indonesia, Dynaplast/Dynapack, Japfa Comfeed, Vietmindo, serta sejumlah produsen makanan dan minuman. Mereka menguntungkan tidak hanya bagi ekonomi Vietnam, tetapi juga menyumbang pajak bagi ekonomi Indonesia.

Indonesia juga mengundang investor Vietnam masuk, terutama di bidang perikanan dan di sejumlah produk pertanian. Arus investasi dan wisatawan dari dua arah, baik ke Indonesia maupun ke Vietnam, layak ditingkatkan.

Sejalan dengan integrasi ekonomi ASEAN, Indonesia dengan Vietnam dipastikan melaju bersama. Bagi Indonesia, Vietnam merupakan emerging economy yang dapat digali potensinya lebih jauh. Industri unggulan, seperti otomotif, kertas, dan minyak nabati, dapat memanfaatkan pasar Vietnam yang berkembang pesat. Kerja sama di bidang pertanian, perkebunan, dan hasil hutan perlu lebih ditingkatkan. Beras, kopi, lada, karet, dan kayu masih bisa dioptimalkan hasilnya.

Investor RI juga dapat memanfaatkan pasar domestik yang berjumlah 92 juta jiwa sekaligus pintu masuk ke negara lain—Vietnam telah memiliki 16 perjanjian dagang bebas/FTA—termasuk Uni Eropa dan Eurasia.

Kunjungan Sekjen Partai Vietnam, orang paling berpengaruh di Vietnam, diharapkan semakin mengokohkan fondasi hubungan bilateral kedua negara.

IBNU HADI, DUTA BESAR RI DI HANOI

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Agustus 2017, di halaman 7 dengan judul "Tantangan Kerja Sama RI-Vietnam".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger