Saya lahir dan besar di Madura, tetapi jika harus memilih Madura atau Indonesia, jelas saya memilih Indonesia. Cinta saya kepada Indonesia melebihi cinta saya kepada tanah kelahiran saya berasal. Tahu kenapa?
Karena Indonesia adalah inspirasi terbesar saya. Ia dibangun dengan perjuangan dan pengorbanan yang tidak ternilai harganya. Mencintai Indonesia itu mutlak. Tidak bisa ditawar-tawar. Menjamurnya aksi radikalisme-terorisme yang mengancam stabilitas negara belakangan ini nyata-nyata mengancam eksistensi hidup dan kenyamanan kita bersama. Belum lagi organisasi masyarakat yang dalam praktiknya jelas bertentangan dengan asas dan ideologi negara kita.
Saat peringatan kelahiran Pancasila pada 1 Juni lalu, pemerintah mengusung slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila". Sangat positif dan inspiratif. Anak-anak bangsa disadarkan dan diingatkan dengan fakta abadi bahwa sampai kapan pun, landasan kita hidup di bumi Indonesia adalah Pancasila. Sebuah warisan agung, mahakarya para pendiri bangsa yang telah terbukti ampuh menyatukan dan menjaga persatuan kesatuan Indonesia.
Dalam mengenyam pendidikan, saya bertemu dengan orang dari banyak latar etnisitas dan agama sejak SMP-SMA hingga perguruan tinggi. Teman dan guru.
Dalam pekerjaan pun begitu. Saya pernah berkumpul bersama anak-anak negeri, mulai dari Aceh hingga Papua. Bersama mereka, saya rasakan nikmatnya perbedaan suku, agama, budaya, bahasa, dan lain-lain. Saya merasakan kebahagiaan luar biasa. Saya bisa berinteraksi dengan mereka, memahami satu sama lain, bertukar ide, cerita, pengalaman, dan bersama mereka mensyukuri kebinekaan Indonesia. Mari mencintai Indonesia!
MOH ZAHIRUL ALIM, PEGIAT KAJIAN KEBANGSAAN, ALUMNUS UNIBRAW, MALANG
Hotel yang Bengkel Kulkas
Saya memesan kamar hotel via Traveloka pada 23 Juli 2017. Yang akan saya inapi adalah Hotel Airy Eco UPR di Jalan Raya Galaxy 9A, Palangkaraya.
Tiba di alamat yang dituju pada 24 Juli 2017 sekitar pukul 16.00 ternyata bukan hotel yang saya jumpai, melainkan bengkel kulkas yang berseberangan dengan Masjid Jami Al-Azhar, Palangkaraya.
Nomor telepon hotel yang diberikan kepada saya ternyata nomor sentral PT Traveloka, bukan telepon hotel dimaksud.
Jadi, saya tidak mendapat layanan yang dijanjikan dan terpaksa mencari inapan lain.
Kembali di Jakarta, saya komplain kepada Traveloka. Namun, uang saya tidak dikembalikan dengan alasan sistem. Saya tidak dapat menerima alasan itu dan merasa dipermainkan.
Mohon tanggapan Traveloka.
YULIANTO, SUKAMAJU, CILODONG, DEPOK, JAWA BARAT
Ganjil-Genap Bekasi-Jakarta
Di saat ekonomi lesu karena daya beli melemah, pemerintah berencana membuat aturan ganjil-genap di tol Bekasi-Jakarta dan sebaliknya.
Setiap hari mobilitas puluhan ribu, bahkan ratusan ribu, pekerja dan siswa di ruas jalan tol Bekasi-Jakarta dan sebaliknya. Kalau kebijakan ganjil-genap diterapkan, pengaruhnya luar biasa karena di Bekasi dan sekitarnya tersua ribuan pabrik dengan ratusan ribu karyawan. Pemerintah tidak bisa meniru begitu saja ketentuan ganjil-genap yang sudah diberlakukan di Jakarta. Panjang jalan di kawasan ganjil-genap Jakarta relatif pendek. Lagi pula di sana tersedia transjakarta.
HARRY SAPUTRA, KARANGMULYA, KARANG TENGAH, TANGERANG, BANTEN
Tanggapan Dikbud
Kami sampaikan tanggapan atas surat Manur Huahaean di Kompas (21/6).
Perpindahan tempat tugas dengan mekanisme penghentian/pencabutan SKTP di sekolah lama diajukan sekolah/Dinas Pendidikan yang baru melalui Dapodik berdasarkan Dapodik dan verifikasi validasi sekolah/Dinas pada waktu yang sudah ditentukan.
Jika guru belum menerima TPG pada tahun berjalan, tetapi sudah memiliki SKTP, TPG yang bersangkutan diajukan melalui carry over tahun berikutnya. Tak ada pembayaran di semester 2/2015 karena tak ada SKTP yang dimungkinkan telatnya mutasi data ke Dapodik/Sintum.
ARI SANTOSO, KEPALA BIRO KOMUNIKASI DAN LAYANAN MASYARAKAT KEMENDIKBUD
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Agustus 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar