Kita katakan "sahabat" karena, pertama, sama-sama anggota ASEAN, meskipun Vietnam baru bergabung dengan ASEAN pada 1995, sementara Indonesia adalah salah satu pendiri. Kedua, hubungan resmi antara Indonesia dan Vietnam sudah dijalin sejak hampir 62 tahun silam, yakni sejak 30 Desember 1955, meskipun hubungan tidak resmi sudah mulai dilakukan sejak 1940-an.
Mulai pertama hubungan baru setingkat konsul jenderal. Baru 10 tahun kemudian kedua negara menjalin hubungan secara penuh, setingkat duta besar.
Sebagaimana hubungan yang terjalin di antara dua pihak, ada saatnya naik, ada saatnya turun, dan ada saatnya datar-datar saja, atau bahkan adem-ayem. Begitu pula yang terjadi sepanjang hubungan antara Indonesia dan Vietnam. Akan tetapi, setelah Vietnam menjadi anggota ASEAN (1995), hubungan di antara kedua negara mulai semakin bergairah dan meningkat.
Pertama-tama ditandai dengan penandatanganan kesepakatan kemitraan komprehensif di antara kedua negara ketika Presiden Megawati Soekarnoputri mengunjungi Vietnam pada 2003. Kesepakatan ini telah membuka pintu bagi peningkatan kerja sama kedua negara. Lalu ketika Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung mengunjungi Indonesia (2013), kedua negara sepakat untuk meningkatkan kesepakatan itu menjadi kemitraan strategis yang direalisasikan ketika Presiden Vietnam Truong Tan Sang mengunjungi Indonesia pada 2013.
Lewat kemitraan itu kedua negara melakukan banyak kerja sama, baik di bidang ekonomi, perdagangan, investasi, wisata, maupun ilmu dan teknologi. Demikian juga di bidang strategis, yang berkaitan dengan masalah Laut China Selatan.
Memang, masih ada hal yang perlu segera diselesaikan oleh kedua negara, yakni menyangkut demarkasi zona ekonomi eksklusif yang selama ini tumpang tindih. Inilah yang menyebabkan, antara lain, masuknya banyak nelayan Vietnam ke wilayah perairan Indonesia secara ilegal. Indonesia sudah memulangkan 695 nelayan Vietnam karena masuk secara ilegal.
Kita berharap kunjungan Nguyen Phu Trong pada pekan ini akan mempercepat penyelesaian, misalnya, soal demarkasi zona ekonomi eksklusif tersebut. Dengan demikian, hubungan dan kerja sama kedua negara akan bisa lebih meningkat dan saling bermanfaat. Apalagi, Vietnam sangat mengharapkan sumbangan peran kita dalam menyelesaikan sengketa di kawasan Laut China Selatan dengan China.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar