Saya nasabah kartu kredit Bank Mega-Carrefour. Pada 2 Mei 2017 sore hari, dompet saya dicopet di bus transjakarta dalam perjalanan dari kantor (Jalan Jenderal Sudirman) ke rumah (Mangga Besar). Saya baru sadar setelah mau tap kartu Flazz di Halte Olimo.
Saat saya telepon Bank Mega, ternyata copet sudah memakai kartu itu dengan tiga transaksi di area Sarinah, yaitu di Dunkin Donuts Sarinah (Rp 372.900) dan Indomaret Agus Salim (dua transaksi: Rp 990.000 dan Rp 2,4 juta).
Beberapa kali saya menelepon ke layanan Mega Call dijelaskan akan diinvestigasi oleh tim Bank Mega. Disampaikan pula bahwa saya tak perlu membayar tagihan yang dipakai oleh copet tersebut. Sebab, yang saya keluhkan kenapa copet itu bisa menggesek kartu kredit tanpa PIN, hanya dengan tanda tangan bisa disetujui pihak Bank Mega (sedangkan kartu kredit saya dari bank lain diblokir jika salah PIN tiga kali).
Kartu pengganti Bank Mega-Carrefour datang pun tidak saya pakai sampai saat ini karena saya mau kejelasan untuk penghapusan tagihan dari pemakaian oleh copet itu. Namun, saya kaget karena pada bulan Juli saya ditelepon oleh pihakdebt collector Bank Mega bahwa saya menunggak tagihan yang akan masuk kredit macet. Tagihan yang dipakai copet semula hanya Rp 3,7 jutaan sekarang dengan bunga menggulung sudah menjadi hampir Rp 5 juta.
Pada Agustus saya mendatangi kantor Bank Mega di Kuningan, Jakarta Selatan, untuk membawa lampiran dari kepolisian, RT, RW, dan dari kelurahan yang menyatakan soal kejadian dompet saya dicopet dan di dalamnya ada KTP, SIM, kartu kredit, dan kartu ATM yang ikut hilang.
Mengejutkan! Dengan kesalahan sistem keamanan PIN, Bank Mega tetap meminta saya membayar tagihan yang dipakai oleh copet tanpa adanya investigasi oleh pihak Bank Mega sebagaimana dijanjikan saat saya beberapa kali menelepon ke Mega Call sebelumnya. Sungguh mengecewakan!
THEDIYONO ELIK
Mangga Besar XIII, Mangga Dua Selatan, Jakarta Pusat
"Surat Kecil" untuk Panitia Angket DPR
Anggota DPR—khususnya Panitia Angket terhadap KPK—di Jakarta yang amat terhormat. Sebagai bagian dari rakyat Indonesia, dengan ini kami menyatakan bahwa KPK masih kami cintai. Kami akan terus membela KPK. Karena itu, pelemahan-pelemahan terhadap KPK dan niat-niat jahat anggota DPR akan dilawan oleh rakyat. Dengan sekuat tenaga dan sesingkat-singkatnya.
Medan, September 2017.
MAJU HUTASOIT
(Kepala SD di Medan)
Jalan Pendidikan Nomor 1, Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sumatera Utara
"Agoda" Tanpa Jaminan Kepastian
Saya sekeluarga berencana berlibur ke Johor Bahru, Malaysia, pada Januari 2018 dan memesan penginapan melalui Agoda.com. Saya menemukan kamar (yang disebut Agoda sebagai basecamp) tipe family room dengan tarif Rp 270.000 per malam. Kode booking 216710105 dan 216764781. Kedua pesanan itu memakai jaminan kartu kredit dan terkonfirmasi.
Alangkah terkejutnya saya, pada 25 Agustus 2017, saya menerima surat elektronik dari Agoda yang menyatakan karena kesalahan teknis, kedua pesanan saya akan dibatalkan. Lalu menyusul surat konfirmasi pembatalan yang menyatakan bahwa saya telah menghubungi Agoda untuk persetujuan membatalkan pesanan tersebut.
Saya kaget dan bingung karena rencana liburan yang telah disusun menjadi berantakan. Pihak Agoda telah berbohong bahwa saya telah mengontak mereka untuk membatalkan pesanan.
Agoda membatalkan secara sepihak pesanan tersebut dengan alasan kesalahan teknis. Apakah harga Rp 270.000 per malam itu keliru dicantumkan pada laman Agoda? Lalu mengapa kepercayaan konsumen justru yang dikorbankan?
Perusahaan sebesar Agoda tak memberikan jaminan kepastian pesanan atas basecamp yang telah dipesan dengan kartu kredit. Bahkan, mereka melakukan kebohongan untuk melakukan pembatalan sepihak.
Saya paham Agoda tidak mau merugi akibat kesalahan teknis mencantumkan harga. Namun, satu hal terbesar: kepercayaan konsumen telah dikorbankan!
TONI SIDJAYA
Jalan Bungur No 14, Makassar, Sulawesi Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar