Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Singapura, 6-7 September ini, menjadi puncak peringatan 50 tahun hubungan kedua negara yang secara resmi terjalin sejak saling mengutus duta besar pada 7 September 1967. Sejak itu, relasi Indonesia dan Singapura semakin erat dan terus tumbuh.
Sebagai negara bertetangga, kedua negara dengan semangat positif telah menyelesaikan perundingan hingga 90 persen dari garis perbatasan laut, sepanjang 67,3 kilometer. Perjanjian perbatasan tahap ketiga sepanjang 9,5 km telah disahkan dengan pertukaran ratifikasi pada Februari lalu.
Di bidang ekonomi, kerja sama bilateral berjalan baik dengan nilai perdagangan mencapai 56,1 miliar dollar AS pada 2016. Singapura termasuk lima negara investor asing terbesar sejak 2001 dan naik menjadi yang teratas mulai 2014. Di bidang pariwisata, wisatawan kedua negara menjadi sumber turis asing terbesar pada 2015.
Kerja sama ekonomi kedua negara semakin konkret saat Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bersama meresmikan Kawasan Industri Kendal, tahun lalu. Tercatat 30 perusahaan Singapura telah menempati kawasan industri itu dengan nilai investasi mencapai 360 juta dollar AS dan mempekerjakan sekitar 1.700 orang. Terdapat 41 perusahaan lain yang siap berinvestasi di kawasan tersebut.
Eratnya persahabatan membuat kedua negara bisa melewati sejumlah kerikil yang mengganjal, sebut saja penamaan KRI Usman Harun yang sempat diprotes Singapura pada 2014. Masalah lain yang pernah mengganggu hubungan antara lain kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan yang membuat Singapura tertutup asap, tersangka korupsi di Indonesia yang melarikan diri ke Singapura, atau penghindar pajak yang menempatkan uangnya di Singapura.
Semua masalah yang muncul akan bisa diselesaikan dengan baik selama kedua pihak punya niat tulus untuk mencari solusi terbaik. Momentum 50 tahun hubungan kedua negara sudah selayaknya dimanfaatkan untuk membangun kerja sama guna menyejahterakan rakyat Indonesia dan Singapura.
Hubungan kedua negara juga harus dimanfaatkan untuk kemajuan kawasan. Singapura adalah negara maju dengan Indeks Pembangunan Manusia tertinggi dan pendapatan per kapita terbesar di Asia Tenggara. Adapun Indonesia adalah negara dengan populasi dan produk domestik bruto terbesar di ASEAN. Kerja sama kedua negara ini bisa menjadi tulang punggung dan pendorong kerja sama ekonomi di kawasan, terutama dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 September 2017, di halaman 6 dengan judul "Hubungan Erat Dua Tetangga Dekat".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar