Bukan tidak mungkin kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) akan kembali meneror di beberapa negara, terutama di negara yang kondisinya labil seperti Libya atau Irak. Sepertinya, NIIS mendapatkan keuntungan di Afghanistan sejak kemunculan mereka di tahun 2015 dengan menyerang instalasi militer dan basis kelompok minoritas Syiah.

Keamanan kota Kabul rentan sejak 31 Mei 2017 ketika sebuah truk meledak di kompleks diplomat yang menewaskan 150 orang dan melukai lebih dari 400 orang lainnya, yang sebagian besar warga sipil. Bahkan, serangan terhadap kelompok minoritas Syiah terus terjadi dalam dua tahun terakhir.

Taliban dan milisi NIIS yang berhasrat memperluas pengaruh di Afghanistan memicu berbagai serangan itu. Ledakan hari Kamis (28/12) yang menewaskan 41 warga terjadi 10 hari setelah serangan bom bunuh diri di kantor badan intelijen Afghanistan, yang juga diklaim NIIS.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyebut serangan pada hari Kamis itu sebagai kejahatan kemanusiaan. "Serangan itu bertentangan dengan Islam dan nilai-nilai humanisme," katanya.

Dalam tahun ini setidaknya terjadi 11 kali serangan bom di Kabul yang diklaim dilakukan NIIS. Diawali tanggal 8 Maret, serangan ke rumah sakit militer yang menyebabkan lebih dari 100 orang menjadi korban. Pada 15 Juni terjadi serangan bom bunuh diri ke kerumunan warga Syiah dan menewaskan 4 orang. Tampaknya, NIIS menjadi kelompok sektarian yang punya rekor kekerasan melampaui Taliban di Afghanistan.

Seorang komandan senior NIIS kepada The Guardian menyatakan, kelompoknya akan menggantikan kekuatan Taliban di Afghanistan. "Kami terus melakukan perekrutan. Kami ingin menggantikan Taliban yang sudah pernah bernegosiasi dengan AS. Apa yang mereka kerjakan tidak masuk kategori jihad Islam," katanya.

Dengan serangan ini, seolah NIIS ingin menunjukkan bahwa teror akan terus terjadi kendati mereka kalah dan terjepit di Irak dan Suriah. Bahkan, NIIS juga menegaskan kehadirannya di beberapa negara di Afrika utara, juga lewat teror yang juga menelan korban jiwa.

Mengingat cukup banyak warga yang bergabung, Indonesia harus mewaspadai gerakan NIIS. Penangkapan di wilayah Serawak (Malaysia) dan beberapa daerah di Indonesia harus dimaknai sebagai upaya preventif.