Blok Pemandu Tunanetra
"Blok pemandu" merupakan garis petunjuk jalan bagi penyandang tunanetra, biasanya dibuat dengan pola-pola unik, seperti titik atau garis yang memiliki makna tersendiri, guna membantu penyandang tunanetra agar tak bersinggungan dengan orang lain saat berjalan.
Blok pemandu banyak ditemukan di trotoar atau sepanjang jalan ruang publik seperti yang tersua di kawasan Malioboro, Yogyakarta. Jalan Malioboro banyak dilintasi berbagai kalangan, tetapi keberadaan blok pemandu tunanetra di sana jarang diperhatikan: banyak tertutup pedagang kaki lima sepanjang jalan tersebut, sebagian malah rusak. Tidak hanya itu, blok pemandu sering tidak digunakan semestinya oleh pengguna jalan yang bukan penyandang tunanetra.
Saya yakin, tidak hanya di kawasan Malioboro, banyak blok pemandu tunatera di tempat-tempat umum di Indonesia tidak diperhatikan dan tidak difungsikan dengan baik. Seharusnya pengguna jalan di mana pun menghargai adanya blok pemandu tunanetra dan digunakan sesuai dengan fungsinya.
Sudah semestinya kita memberikan hak sepenuhnya bagi penyandang tunanetra agar dapat menggunakan blok pemandu yang merupakan suatu kebutuhan dalam menempuh jalan yang ramai.
Rudanti Widya Swara
Jalan Monjali Nandan, Ngaglik, Sleman, DIY
Becak "Online"
Saya sudah membaca Kompas sejak pertama kali terbit, atau 50 tahun sampai sekarang berlangganan bulanan Kompas, baru pertama kali, pada 21 Januari 2018 pagi, saya tertawa terbahak-bahak.
Kenapa? Karena penulis kolom berjudul "Becak 'Online'" pada halaman 12 rubrik Metropolitan, Agus Hermawan, menggiring "nalar" saya tentang keberadaan para bapak penarik becak, yang pada 1990 oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah dilarang.
Tahun ini diwacanakan oleh Pemprov DKI Jakarta pengoperasian becak akan diizinkan kembali. Terjadi perdebatan (pembahasan) di arena publik.
Kalimat terakhir Agus Hermawan, "Entah nanti saat ada becak, apalagi mungkin nanti ada becak online (jangan disingkat…)", menjuruskan nalar saya pada singkatan beol.
Para pembaca bisa kan bernalar tentangbeol? Selamat bernalar agar ikut tertawa terbahak-bahak.
Mangasi Sitanggang
Pekayon II, Kranggan,
Prajurit Kulon, Mojokerto,
Jawa Timur
Tanggapan Bukalapak
Sehubungan dengan pemuatan surat pembaca oleh Bapak Wawan Rukmawan diKompas (25/1), "Beli Tiket Daring", izinkanlah kami memberikan penjelasan.
Perihal keluhan yang dialami Bapak Wawan, kami sudah melakukan konfirmasi kepada yang bersangkutan secara langsung dan telah memberikan penjelasan terkait permasalahan yang ia alami.
Terkait pembelian tiket pertandingan Indonesia vs Eslandia yang dilakukan, setelah pengecekan lebih lanjut, rupanya terjadi kesalahan dalam banner promosi yang tidak sesuai dengan link penjualan tiket pertandingan tersebut.
Setelah mendapat penjelasan kami, Bapak Wawan menanggapi penjelasan tersebut dengan positif. Dengan itu, permasalahan yang dikemukakan dalam surat pembaca tersebut sudah terselesaikan dengan baik.
Saat ini dana pembelian tiket pertandingan itu sudah kami kembalikan ke saldo Bukadompet Bapak Wawan.
Kami sampaikan permohonan maaf kami atas ketidaknyamanan yang terjadi dan kami berupaya agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.
Bukalapak akan selalu bekerja sama dengan para pelapak dan pembeli kami demi kenyamanan mereka selama bertransaksi, berjualan, dan juga berbelanja. Kami percaya bahwa transparansi penting untuk memastikan kepercayaan konsumen kami di Bukalapak.
Demikian surat tanggapan ini kami buat dan kami mohon kerja sama yang baik untuk dapat dimuat sebagai tanggapan resmi.
Evi Andarini
Manajer Hubungan
Masyarakat Bukalapak
Kompas, 3 Februari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar