WAWAN H PRABOWO

Unjuk Rasa Buruh – Buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) menggelar unjuk rasa di depan Istana Kepresidenan, Selasa (6/2). Buruh menolak upah murah serta mendesak pemerintah agar mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Dipicu terutama oleh melemahnya konsumsi masyarakat, perekonomian nasional hanya tumbuh 5,07 persen pada 2017, di bawah target pemerintah 5,2 persen.

.

Ironisnya, stagnasi pertumbuhan terjadi di tengah kondisi stabilitas makroekonomi yang relatif terjaga dan terus membaiknya persepsi global terhadap perekonomian Indonesia. Laporan terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) juga memuji secara umum kinerja perekonomian nasional.

Selain cenderung stagnan, pertumbuhan yang ada juga kurang mampu menyerap tenaga kerja. Lemahnya daya beli dan konsumsi masyarakat bawah menunjukkan pertumbuhan ekonomi dan berbagai program pembangunan yang dijalankan pemerintah belum banyak menyentuh langsung masyarakat bawah.

Oleh karena itu, kita sangat berharap pada sejumlah langkah terobosan pemerintah tahun ini untuk menyeimbangkan pembangunan masif proyek infrastruktur dengan program belanja sosial berorientasi padat karya yang langsung berdampak pada daya beli, kesejahteraan, dan juga pengurangan kemiskinan.

Konsumsi rumah tangga—menyumbang 56,13 persen PDB— melemah dari 5,01 persen pada 2016 menjadi 4,95 persen pada 2017. Lesunya konsumsi terutama akibat tekanan inflasi. Karena itu, mengawal daya beli menjadi salah satu tantangan utama di 2018 jika kita ingin target pertumbuhan 2018 tercapai.

Sementara itu, komponen penyumbang PDB lain, seperti investasi, menunjukkan pertumbuhan kuat 6,15 persen didukung gencarnya pembangunan berbagai proyek infrastruktur pemerintah dan peningkatan investasi swasta. Ekspor juga menunjukkan kinerja positif, tumbuh 9,09 persen dan menyumbang 20,37 persen PDB 2017, dipicu kenaikan harga komoditas. Sektor riil relatif juga bergerak, tecermin dari meningkatnya sektor industri, termasuk perdagangan yang semula diperkirakan anjlok menyusul tutupnya sejumlah gerai kenamaan.

Berdasarkan kondisi tersebut, kalangan pengamat umumnya optimistis 2018 akan lebih baik kendati ada beberapa ancaman faktor eksternal, seperti dampak kenaikan suku bunga di AS dan kenaikan harga minyak mentah yang tetap perlu diwaspadai. Potensi membaiknya pertumbuhan 2018 terutama ditopang kinerja ekspor yang stabil dan tingginya pertumbuhan investasi sejak kuartal IV-2017. Sepanjang kita bisa mempertahankan pertumbuhan investasi dan meningkatkan pertumbuhan ekspor, target pertumbuhan 2018 besar kemungkinan bisa dicapai.

Optimisme 2018 juga ditopang momentum pilkada serentak dan penyelenggaraan Asian Games yang diperkirakan akan menggerakkan ekonomi, lewat lonjakan belanja iklan dan belanja masyarakat. Untuk mendorong konsumsi dan daya beli masyarakat, penting bagi kita untuk menjaga inflasi tetap rendah, khususnya harga pangan dan kebutuhan pokok.

Pengalaman amburadulnya tata kelola pangan beberapa tahun terakhir hendaknya menjadi pelajaran untuk menghindari terulangnya kasus serupa. Kita juga harus mewaspadai tekanan harga minyak mentah yang bisa memicu naiknya harga BBM dan tarif listrik serta menekan kembali daya beli masyarakat. Langkah ini harus dibarengi upaya penciptaan kerja seluas-luasnya.