Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 21 April 2018

SBMPTN 2018 Mundur//Grafikota Kecamatan Gambir//Tanggapan Pos Yogya (Surat Pembaca Kompas)


SBMPTN 2018 Mundur

Jika benar ada berita bahwa pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2018, sistem penilaian terkait dengan skor diubah: tidak lagi menggunakan skor plus 4 (+4) untuk jawaban benar dan skor minus 1 (-1) untuk jawaban salah, ini adalah suatu langkah mundur.

Itu berarti kembali pada tahun-tahun awal ujian masuk bersama PTN beberapa tahun lalu: skor +1 untuk jawaban benar dan skor nol (0) untuk jawaban salah atau tidak jawab. Memang pada sistem penilaian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018 ada hal baru yang ditambahkan, yaitu memperhitungkan karakteristik soal (mudah, sedang, dan sulit) atau adanya pembobotan soal.

Pada sistem penilaian dengan pemberian skor minus 1 (jawaban salah) dan plus 4 (jawaban benar) terletak kandungan falsafah pendidikan mentalitas. Pelajar/peserta didik dilatih menghindari pola pikir berjudi sekaligus juga dirangsang untuk selalu mencari jawaban yang benar (karena bonus skor +4).

Pembobotan soal (mudah, sedang, sulit) mestinya sejak awal, dalam pembuatan soal ujian, sudah diperhitungkan untuk menyaring peserta ujian yang lebih baik.

Kiranya kita semua menginginkan mutu pendidikan kita tidak semakin merosot. Benahi faktor yang utama dalam pendidikan.

Sutanto Harsono
Bintaro Jaya, Tangerang Selatan,
Banten

Grafikota Kecamatan Gambir

Rubrik Grafikota berjudul "Saksi Sejarah Jakarta dan Kawasan Vital Negara" (Kompas, 5 April 2018) sungguh menarik. Ini tentunya merupakan informasi penting bagi setiap anak bangsa untuk mengenali kawasan bersejarah di Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.

Sayang sekali ada keterangan yang kurang akurat dan terlewatkan. Pertama, Stasiun Gambir bukan dibangun sekitar 1930. Stasiun itu bermula sebagai halte Weltevreden yang dibuka pada 4 Oktober 1884. Halte itu dikembangkan menjadi stasiun pada 1906, 1917, 1928 dan 1937, sebelum akhirnya dirombak total awal 1990-an.

Kedua, di Lapangan Ikada (dahulu di dalam Koningsplein—sekarang Lapangan Merdeka) pernah menjadi saksi rapat raksasa 19 September 1945. Ketika itu Bung Karno berpidato di hadapan ribuan rakyat Indonesia tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan.

Ketiga, yang disebut Monumen Nasional sebenarnya adalah Tugu Nasional, berikut Lapangan Merdeka dan bangunan-bangunan yang berlokasi di sekelilingnya.

Semoga Grafikota yang berikutnya dapat lebih akurat dan lebih menarik.

Bambang Eryudhawan
Jalan Lembang, Jakarta

Catatan Redaksi:

Terima kasih atas masukan yang Anda sampaikan.

Tanggapan Pos Yogya

Pada edisi Selasa, 10 April 2018, Surat Kepada Redaksi harian Kompas memuat keluhan mengenai paket yang tidak sampai ditujukan kepada PT Pos Indonesia.

Manajemen Pos Indonesia memohon maaf yang sebesarbesarnya kepada Bapak Donny Eko Prabowo sekaligus mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya memakai jasa Pos Indonesia.

Paket dikirim dari Jakarta ke Yogyakarta pada 2 Maret 2018 berisi STNK asli untuk urusan perpanjangan STNK, tetapi sampai saat ini, menurut informasi Bapak Donny, kiriman belum sampai ke Yogyakarta.

Mohon kiranya pengaduan Bapak dilengkapi dengan data berupa nomor resi (kode batang) agar kami bisa melacak keberadaan kiriman Bapak. Nomor resi sangat kami perlukan guna investigasi lebih lanjut untuk melacak keberadaannya.

Untuk itu, kami sangat mengharap agar Bapak bisa memberikan informasi nomor resi kiriman Bapak dengan menghubungi layanan pelanggan kami di nomor 0274-882657.

Fidelis Firanto

Kepala Sentral Pengolahan Pos Yogyakarta

Kompas, 21 April 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger