AFP PHOTO / WWW.CUBADEBATE.CU

Foto yang dirilis laman resmi Kuba (www.cubadebate.cu) memperlihatkan, Raul Castro yang akan pensiun dari jabatan presiden Kuba (kanan) mengangkat lengan Miguel Diaz-Canel, presiden baru Kuba, setelah secara resmi ia dicalonkan oleh Majelis Nasional di Havana, Kuba, Kamis (19/4/2018).

Miguel Mario Diaz-Canel dilantik sebagai Presiden Kuba menggantikan Raul Castro. Dalam pidato pelantikannya, Diaz-Canel menjamin kelanjutan sistem sosialis.

Diaz-Canel adalah satu-satunya kandidat yang diajukan Majelis Nasional untuk menggantikan Raul Castro sebagai presiden Kuba. Sehari setelah pemungutan suara di Majelis, Kamis (19/4/2018), Diaz-Canel langsung dilantik.

Raul Castro (86) menggantikan kakaknya, Fidel Castro, yang pensiun sebagai presiden, pada 2006. Raul tetap memimpin Partai Komunis, yang sesuai Konstitusi Kuba merupakan "kekuatan tertinggi pemandu masyarakat dan negara".

Diaz-Canel menjadi Presiden Dewan Negara dan Dewan Menteri Kuba. Nama-nama anggota Dewan Negara sudah ditetapkan Kamis kemarin, sedangkan nama anggota Dewan Menteri masih akan dibahas pada sidang Majelis Nasional yang akan digelar akhir tahun ini.

"Tak ada seorang pun yang akan melemahkan revolusi atau mengalahkan rakyat Kuba. Kuba tidak membuat konsesi terhadap kedaulatan atau kemerdekaannya," ujarnya dalam pidato pelantikannya, di Havana, tepat sehari sebelum usianya menginjak 58 tahun.

Presiden Diaz-Canel juga menjamin tidak ada perubahan dalam politik luar negeri Kuba dan tidak akan menegosiasi prinsip-prinsip bangsa Kuba yang lahir dari revolusi. Menyinggung soal agresivitas Amerika Serikat, Diaz-Canel berkata, "Kuba selalu siap berdialog dengan pengancam kita untuk duduk setara."

Hubungan diplomatik AS dan Kuba sempat terputus pada 1961 pasca-insiden Teluk Babi. Hubungan itu baru tersambung kembali pada 2015 setelah Presiden AS Barack Obama menjalin hubungan rahasia dengan Presiden Raul Castro. Uni Eropa dan Kuba pun menandatangani kesepakatan bersama yang menandai normalisasi hubungan kedua pihak yang terputus selama puluhan tahun. Kedua pihak sepakat bahwa terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS tidak akan memengaruhi masa depan kesepakatan ini.

Sebaliknya, administrasi Trump menangguhkan apa yang disebutnya "kesepakatan satu sisi dengan Kuba" (mengacu pada kebijakan Presiden Obama untuk memberikan bantuan sanksi ekonomi Kuba tanpa imbalan). Meski hubungan diplomatik tidak dipersoalkan, Trump menerapkan pembatasan dalam hubungan ekonomi. Presiden Diaz-Canel justru menginginkan adanya kesetaraan, bukan tekanan dalam berdialog.

Lahir setahun setelah Fidel dan Raul memenangi revolusi, Diaz-Canel diharapkan dapat memperbaiki ekonomi Kuba yang kembali "diancam" setelah Trump terpilih. Diaz-Canel harus dapat menemukan cara bagaimana mengelola frustrasi rakyat yang ingin segera melihat perubahan.

Mengapa Raul Castro memilih Diaz-Canel masih menjadi misteri. Namun, Diaz-Canel telah menjadi "presiden" ketika Presiden Raul mengangkatnya sebagai wakil presiden pada 2013 dan menyebutnya "Bukan pemula atau improvisasi


Kompas, 21 April 2018