Efisiensi Atau Efektif ?
Dua tulisan Prof J Soedradjad Djiwandono di harian Kompas, "Tantangan Pendidikan Tinggi Ekonomi" (3/12/2017) dan "Kegagalan Ekonomi Pasar dan Nobel Ekonomi" (25/10/2018), sangat menarik dan penting dipahami para pemerhati ilmu ekonomi, termasuk para dosen dan mahasiswa fakultas ekonomi.
Namun, ada yang kurang tepat di dua artikel tersebut, yaitu ketika Prof Djiwandono menyebut EMH sebagai kependekan dari effective market hypotheses. Prof Eugene Fama, penerima Nobel Ekonomi 2013, memperkenalkan konsep efficient market hypotheses sebagai kondisi harga-harga pasar yang mencerminkan semua informasi yang relevan dengan seketika.
Ilmu ekonomi banyak berbicara tentang efisiensi yang dikaitkan dengan mekanisme pasar (the invisible hand), dan bukan dengan efektivitas yang dikaitkan dengan penetapan tujuan atau sasaran yang diambil oleh para pemimpin atau manajer (the visible hand).
Universitas Chicago selalu dikaitkan dengan mazhab fundamentalisme pasar karena para ekonomnya begitu yakin bahwa mekanisme pasar lebih efisien dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi dan sosial. Istilah "fundamentalisme pasar" dipopulerkan oleh George Soros, seorang investor sekaligus spekulan pasar.
Friedrich Hayek, Milton Friedman, Gary Becker, dan Eugene Fama termasuk yang paling vokal menyuarakan konsep efisiensi pasar. Dari kampus yang sama, penerima Nobel Ekonomi yang kritis terhadap kedigdayaan pasar antara lain Ronald Coase, George Stigler, dan Richard Thaler. Demikian untuk melengkapi tulisan Prof Djiwandono yang sangat bagus di atas.
Prof Hendrawan Supratikno, Ph.DGuru Besar UPH, Jakarta
Perilaku di Tol
Membaca surat pembaca Bapak Muhammad Kasir Sihotang di harian Kompas (5 Desember 2018), saya ingin menambahkan bahwa kepadatan Jalan Tol Cikampek dari kedua arah semakin semrawut oleh tidak tertibnya pengguna jalan, dari truk kecil sampai besar. Kondisi ini diperparah oleh bus umum yang berjalan zig-zag.
Menurut aturan, truk dengan spesifikasi ODOL (over dimentioned over loaded) dilarang melintas pukul 05.00-09.00. Kenyataannya, masih banyak truk ODOL setiap saat melintas bebas di semua lajur dan tak ada petugas yang mengatur.
Upaya percepatan pembangunan tol layang Cikampek dari Kilometer 12 sampai Kilometer 48 memang meningkatkan kepadatan lalu lintas, khususnya pada malam hari. Ini akibat penyempitan dari 4 ruas menjadi 1 ruas. Kehadiran truk dan bus yang tidak tertib membuat arus semrawut dan akhirnya macet total.
Memang volume kendaraan di tol seputar DKI dalam waktu 24 jam amat padat. Namun, kalau para pengemudi memiliki etika berkendara dalam hal disiplin, tertib, sabar, plus kehadiran petugas 24 jam, arus kendaraan akan lebih lancar.
Benny Yustanto Rasamala, Jakarta Selatan
Kampanye Pilpres
Perhelatan akbar pilpres masih empat bulan lagi. Namun, kampanye pilpres semakin panas dan tidak terkendali. Narasi kampanye semakin tidak substantif dan cenderung emosional dengan muatan sentimen pribadi, golongan, dan agama.
Ruang publik banyak diisi dengan kampanye dan perdebatan yang kurang menyentuh persoalan bangsa dan negara. Jujur saja, rakyat lelah. Rakyat ingin pembaruan: lahirnya tradisi berkampanye yang membawa keteduhan dan membangun kecerdasan.
Namun, yang terjadi, media sosial justru dimanfaatkan untuk membangun opini yang membodohi rakyat. Marilah, para kontestan, ciptakan tradisi baru, atmosfer baru yang sejuk dalam berkompetisi.
Generasi muda adalah generasi masa depan yang butuh keteladanan, baik tindakan, sikap, maupun ucapan yang berwawasan kebangsaan, bukan golongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar