Setiap tahun, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memberikan penghargaan bagi media massa yang dinilai terbaik dalam berbahasa Indonesia.
Biasanya penghargaan itu diserahkan setiap bulan Oktober, bertepatan dengan Bulan Bahasa. Namun, tahun ini, penghargaan itu diserahkan pada bulan Desember sebab Badan Bahasa sedang menata organisasinya. Seperti tahun sebelumnya, harian ini pun menerima penghargaan sebagai media massa yang berdedikasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Penghargaan tertinggi.
Tahun ini, Badan Bahasa juga memberikan penghargaan Reksa Bahasa kepada Gubernur DKI Jakarta Anies R Baswedan. Reksa, sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti penjaga. Reksa berasal dari bahasa Jawa. Dalam bahasa Indonesia, sebagian lema berasal dari bahasa daerah, selain serapan asing.
Gubernur DKI Jakarta dinilai menjaga bahasa Indonesia, de- ngan antara lain meminta nama baru bagi mass rapid transit (MRT) kepada Badan Bahasa. MRT menjadi moda raya terpadu. Semanggi Interchange diubah menjadi Simpang Susun Semanggi dan jaringan terpadu transportasi umum Jakarta OK OTrip diubah menjadi Jak Lingko. Jak bermakna Jakarta, sedangkan lingko dari bahasa daerah Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang menggambarkan jaringan laba-laba dalam irigasi lahan.
Rangkaian kereta MRT dinamai Ratangga, Senin (10/12/2018). Ratangga diambil dari kitab Arjuna Wijaya dan Sutasoma karya Mpu Tantular. Dalam bahasa Jawa Kuna, Ratangga berarti kereta perang. Identik dengan ketangguhan, kekuatan, dan kejuangan. Berbagai fasilitas publik pun tengah dicarikan kata ganti dalam bahasa Indonesia dan tak hanya diterjemahkan dari kata asing.
Sastrawan asal Inggris William Shakespeare mengungkapkan, "Apalah arti sebuah nama? Andai kata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap berbau wangi." Namun, bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, setiap nama harus memiliki makna dan setiap makna harus membawa pesan. Tak ada sekadar diberi nama. Keberanian mengangkat kata atau lema dari bahasa daerah ke panggung nasional menjadi
ikon di Jakarta pantaslah diapresiasi, termasuk oleh Badan Bahasa. Apalagi, perkembangan jumlah lema dalam kosakata bahasa Indonesia tidaklah menggembirakan. Saat KBBI diluncurkan pertama kali pada 1983 baru 62.100 lema yang dimuat.
Lima tahun kemudian, jumlah lemanya hanya bertambah seribu dan meningkat menjadi 72.000 lema di edisi berikutnya. Pada 2005, KBBI yang baru memuat 72.000 lema meningkat menjadi 78.000 lema di edisi berikutnya. KBBI 2008 memuat lebih dari 90.000 lema dan pada edisi terakhir, tahun 2016, memuat 127.036 lema. Sebagian lema itu serapan dari kata asing.
Bandingkan dengan Oxford English Dictionary tahun 2015 yang memuat 171.476 kata yang digunakan dan 47.156 kata yang tidak digunakan lagi, tak termasuk perubahan bentuk kata. Jika ditotal, bisa lebih dari 750.000 kata dalam kamus Inggris itu. Padahal, di negeri ini, Badan Bahasa pada 2018 mencatat ada 668 bahasa daerah yang masih digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar