AP PHOTO/PABLO MARTINEZ MONSIVAIS

Presiden AS Donald Trump menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela pertemuan puncak G-20 pada hari Sabtu (1/12/2018) di Buenos Aires, Argentina.

Kesepakatan antara Amerika Serikat dan China meredakan sementara perang dagang, juga menimbulkan ketidakpastian baru dalam menyelesaikan perbedaan.

Pada akhir pertemuan G-20 di Argentina, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat memberi jeda 90 hari untuk membahas isu tarif dalam perdagangan kedua negara.

Alih-alih reaksi positif yang muncul saat pernyataan kedua kepala pemerintahan bertahan, pasar justru bereaksi negatif karena sinyal dari media-media China yang dikelola pemerintah dianggap tidak sejalan dengan penjelasan pemerintahan Trump. Muncul kekhawatiran waktu 90 hari tidak akan cukup untuk menyelesaikan perbedaan kepentingan dagang kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Perkembangan terakhir tersebut menjadi peringatan bahwa tahun depan pertumbuhan ekonomi dunia tidak akan sebaik tahun 2017. Perlambatan moderat tersebut disebabkan oleh perlambatan di Amerika dan China yang tertransfer ke ekonomi negara-negara berkembang dan negara maju.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia disebabkan ekonomi di negara-negara dengan eknomi besar, seperti Amerika, China, Jerman, Jepang, dan Eropa, berdasarkan data triwulan ketiga, tidak tumbuh setinggi yang diharapkan. Hal itu menjadi tidak biasa, mengingat seharusnya ekonomi dapat mengambil momentum pertumbuhan yang tinggi pada akhir 2017 dan awal 2018. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di negara-negara maju masih tetap solid.

Pertanyaan yang semakin tidak mudah dijawab adalah apakah perlambatan pertumbuhan merupakan gejala sementara atau bersifat jangka panjang.

Proteksionisme yang mewujud dalam perang dagang dan pengetatan likuiditas global akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Negara-negara dengan utang luar negeri besar dan perusahaan dengan utang luar negeri paling merasakan dampaknya.

Sejumlah negara menyikapi perang dagang Amerika-China serta kenaikan suku bunga bank sentral Asia dengan melakukan perdagangan menggunakan mata uang kedua negara yang berdagang untuk menghindari ketergantungan pada dollar AS.

Langkah bank sentral Amerika menaikkan suku bunga untuk meredam laju pertumbuhan ekonomi terlalu cepat membuat banyak negara tidak memiliki banyak pilihan kebijakan ekonomi. Dua hal yang menurut banyak ekonom akan memicu perlambatan ekonomi adalah meningkatnya perang dagang antara Amerika dan China serta pengetatan keuangan global karena kenaikan imbal hasil obligasi yang dikeluarkan pemerintah negara-negara.