KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Sosialisasi AIDS – Sejumlah relawan dari Forum LSM Peduli AIDS menyampaikan sosialisasi kepada warga yang berkunjung di Car Free Day tentang penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), Minggu (25/11/2018). Sosialisasi yang digelar untuk menjelang peringatan Hari AIDS Sedunia ini mengajak kepada masyarakat untuk tetap peduli terhadap penyakit ini.

Demam Bohemian Rhapsody masih melanda dunia hari-hari ini. Orang terus  mengantre untuk menyaksikan film itu sementara lagu-lagu Queen terdengar  di mana-mana. Freddie Mercury  seakan  hidup kembali.

Mercury yang  meninggal karena AIDS, sempat  menghadapi hari-hari  sulit menjelang akhir hayatnya. Media mencecar perilakunya  dan  mantan manajernya, Paul Prenter, berkhianat dengan  menyebarkan kehidupan pribadi Mercury ke publik.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome dengan pemicu   Human Immunodeficiency Virus. Populer disebut  HIV, virus ini   menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga  terus menurun. Maka mereka yang terkena HIV  juga  semakin rentan infeksi pelbagai penyakit lain.

Dua puluh tujuh tahun lalu, ketika Mercury meninggal tahun 1991, HIV/AIDS memang belum ada obatnya. Dunia kedokteran bahkan masih terus berupaya memahami   cara kerja virusnya dan mencegah jangan sampai seseorang disebut full blown AIDS—saat sistem kekebalan tubuh  benar-benar  lumpuh—sehingga infeksi ringan pun bisa menjadi masalah. Segala ketidaktahuan ini, akhirnya memicu stigma dan membuat pengidap HIV/AIDS dijauhi lingkungan sosialnya.

Hingga menjelang   40 tahun dunia mengenal HIV/AIDS,  stigmatisasi ternyata masih  terjadi. Harian Kompas(Selasa, 4/12/2018) memberitakan,  stigmatisasi  membuat anak-anak sulit mengakses pendidikan. Bahkan untuk anak  negatif HIV, begitu   ibunya membuka diri sebagai ODHA (Orang yang Hidup dengan AIDS), ia langsung dijauhi teman-teman sekolahnya. Oktober lalu,  marak pemberitaan tentang pro kontra upaya pengucilan dan pengusiran tiga anak terinfeksi HIV/AIDS dari kawasan Samosir, Sumatera Utara.

Sebenarnya, HIV/AIDS sudah dapat  diatasi setelah para ahli menemukan  terapi antiretroviral (ARV) yang diperkenalkan dalam Konferensi AIDS XI di Vancouver, Kanada, 1996. Sejak saat itu, kasus penularan dan kematian akibat HIV/AIDS  menurun signifikan di seluruh dunia.

Meski demikian, tidak semua orang paham status kesehatannya. Dalam Konferensi Pers Hari AIDS yang diperingati setiap 1 Desember, Kepala Subdirektorat HIV dan Infeksi menular Seksual Kementerian Kesehatan Endang Budi Hastuti mengatakan, ada sekitar 49.000 infeksi HIV baru di Indonesia. Kondisi ini membuat Indonesia menjadi tiga besar negara dengan  kasus HIV baru bersama India dan China (Kompas, 4/12).

Namun, hanya 48 persen pengidap HIV di Indonesia yang mengetahui status mereka dan hanya 15 persen yang menjalani terapi ARV. Keprihatinan semakin mendalam, karena saat mengakses obat mereka tidak diedukasi. Akibatnya, pemahaman HIV/AIDS dan pentingnya menjalani terapi, tidak meningkat. Banyak juga yang tidak tahu, bahwa obat ARV ditanggung program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat.