Rakyat Venezuela masih harus bersabar. Krisis politik dan ekonomi yang mendera negara tersebut tampaknya belum akan selesai dalam waktu dekat.
Diawali dengan kinerja perekonomian yang memburuk, dan dikombinasikan dengan turunnya harga minyak dunia pada pengujung 2014, krisis terus berlangsung sampai sekarang di Venezuela. Demonstrasi besar untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro berhadapan dengan sikap keras petugas keamanan. Korban tewas pun berjatuhan.
Parlemen Venezuela, yang bernama Majelis Nasional, merupakan kekuatan utama penentang Maduro sejak bertahun-tahun silam. Kebuntuan akut yang ditandai dengan pertarungan sengit antara Presiden dan parlemen itu, seperti ditengarai oleh para ahli politik, sesungguhnya merupakan risiko tak terelakkan pada sistem presidensial murni.
Dalam sistem ini ada pemisahan tegas antara lembaga legislatif dan eksekutif, dengan tiap-tiap lembaga mendapat mandat langsung dari rakyat. Akibatnya, ketika terjadi kebuntuan politik di antara keduanya, hampir tak ada mekanisme untuk mengatasinya. Hal berbeda dimiliki sistem parlementer yang memberi ruang bagi mekanisme mosi tidak percaya untuk mengganti pemerintahan yang sudah tak didukung mayoritas anggota parlemen.
Dalam perkembangan terakhir, Ketua Majelis Nasional Juan Guaido menyatakan diri sebagai Presiden Venezuela. Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat lain menyatakan dukungan terhadap pria berusia 35 tahun itu. Maduro marah dan segera memutus hubungan diplomatik dengan AS. Diplomat negara itu diusir dari Venezuela.
Rusia dan China sebaliknya mendukung Maduro. Laporan yang dimuat The Wall Street Journal menyebutkan, Venezuela memiliki utang puluhan miliar dollar AS kepada China. Adapun terhadap Rusia, pemerintahan Maduro berutang miliaran dollar AS untuk keperluan pembelian senjata.
Dengan perkembangan terakhir tersebut, tidak berlebihan kiranya jika orang berpikiran bahwa krisis di Venezuela akan kian memburuk karena melibatkan sejumlah negara besar di dunia. Eksodus warga Venezuela yang meninggalkan negara itu pun diperkirakan akan terus berlanjut.
Aktor penentu krisis, yakni militer, telah menyatakan berada di belakang Maduro. Hal ini dapat dipahami karena militer selama ini telah menjadi tulang punggung pemerintahan Maduro. Cukup banyak posisi menteri dan pejabat tinggi pemerintahan lain yang diberikan oleh Maduro kepada para jenderal. Petinggi militer juga diserahi urusan pengadaan barang kebutuhan pokok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar