Tanggapan dari Singapura
Kami ingin memberikan tanggapan pada artikel Ibu Dinna Wisnu berjudul "Bahaya Indo-Pasifik" yang dimuat di harian Kompas, Selasa, 26 Maret 2019.
Dalam artikelnya, Ibu Dinna telah membuat beberapa klaim mengenai pendekatan Singapura dan Indonesia terhadap Indo- Pasifik yang perlu diluruskan.
Penulis keliru jika mengatakan Singapura "aktif meyakinkan Quad bahwa
ASEAN ada di belakang Quad." Ibu Dinna keliru mengutip pernyataan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong bahwa "Banyak negara, termasuk Australia dan kebanyakan anggota ASEAN, mendukung dan menyambut posisi AS", dan dengan salah mengatakan bahwa PM Lee telah membuat pernyataan tersebut, "segera sesudah kapal tempur AS melewati 12 mil dari pulau buatan China di Mischief Reef." Ini tidak benar.
Komentar PM Lee merujuk pada pernyataan Menteri Pertahanan Amerika Serikat yang waktu itu adalah James Mattis yang menegaskan kembali komitmen AS terhadap keamanan dan kemakmuran wilayah, yang diutarakan dalam pidatonya di Shangri-La Dialogue tahun 2017.
PM Lee membuat komentar tersebut dalam wawancara tertulis dengan media Australia sebelum Konferensi Tingkat Tinggi Istimewa ASEAN-Australia pada 16 Maret 2018. Operasi kebebasan navigasi AS dilaksanakan sesudahnya, yaitu pada
23 Maret 2018. Hal ini adalah informasi publik.
Ibu Dinna lebih lanjut menulis bahwa "Singapura juga aktif jadi tuan rumah pertemuan Quad dan ia tak segan-segan menyisipkan agenda pertemuan Quad dalam bungkus East Asia Summit (EAS)… dan mengizinkan negara-negara Quad melakukan sideline meeting dalam minggu ASEAN Summit."
Ini juga merupakan tuntutan yang salah. Negara-negara berdaulat berhak bertemu kapan saja pada waktu dan kesempatan yang ada. Mengadakan pertemuan antarnegara di sela-sela pertemuan multilateral juga merupakan praktik internasional.
Catatan menunjukkan bahwa Singapura, sebagai Ketua ASEAN pada 2018, telah mencoba mengakomodasi permintaan tamu-tamu kami, termasuk pengaturan logistik untuk pertemuan sampingan, seperti pertemuan Southwest Pacific Dialogue, Mekong-Korea Selatan, dan Mekong-Jepang. Catatan juga menunjukkan bahwa Singapura tidak diundang untuk pertemuan-pertemuan Quad. Ada beberapa lagi pernyataan yang tidak benar dalam artikel itu.
Prinsip kebijakan luar negeri Singapura selalu jelas dan konsisten. Singapura selalu bertujuan untuk menjadi perantara yang jujur serta mitra yang kredibel, konsisten, dan dapat diandalkan. Kami bertujuan untuk menjadi teman bagi semua serta mempunyai hubungan yang dekat dan substantif dengan semua pemain kunci dalam wilayah ini. Kami tidak bertindak atas perintah kekuatan mana pun; hanya untuk kepentingan warga Singapura. Kami ingin menghindari memilih pihak.
Kami menganggap ASEAN sebagai landasan kebijakan luar negeri kami, mengingat peran pentingnya dalam memastikan kedamaian dan stabilitas wilayah. Dalam hal ini, Singapura mendukung semua inisiatif regional yang menjaga sentralitas dan persatuan ASEAN, memajukan ekonomi wilayah kita, dan mendukung tatanan internasional berbasis aturan yang didasarkan pada hukum internasional.
Way Kai Siang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar