KOMPAS/ NINA SUSILO

Presiden Joko Widodo memberikan penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipurna kepada Raja Carl XVI Gustaf dari Swedia di Istana Bogor, Senin (22/5/2017).

Indonesia dan Swedia memiliki kesamaan dalam mengaplikasikan politik luar negerinya. Peranan ini semakin menonjol karena Indonesia terlibat dalam  pergelaran pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mendukung kemerdekaan Palestina.

Hubungan bilateral pun semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, turisme, dan peluang lainnya di bidang lingkungan hidup.

Peranan Swedia dan Indonesia tidak dapat dikesampingkan dalam masalah internasional. Dilatarbelakangi polarisasi negara-negara besar yang kian meruncing dan penentangan secara nyata terhadap norma dan hukum internasional, Indonesia dan Swedia semakin aktif mengingatkan dan memberikan aksi nyata dan terlibat aktif dalam perdamaian dunia.

DOKUMENTASI KBRI DI STOKHOLM

Duta Besar Indonesia untuk Swedia dan Latvia, Bagas Hapsoro.

Contoh konkritnya adalah dari  pembahasan di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) mengenai perlindungan penduduk sipil di wilayah berkonflik sampai dengan langkah Indonesia menambah pasukan perdamaiannya secara signifikan.

Dalam rangka shaping and sharing norms, kedua negara aktif merumuskan kebijakan terhadap peningkatan peranan wanita. Bagi dua negara ini, gender equality bukan slogan tetapi tuntutan zaman.

Kerja sama bilateral

Kunjungan kenegaraan Raja Swedia Carl XVI Gustaf pada Mei 2017 ke Indonesia merupakan peluang besar dan memberikan efek positif bagi para pebisnis. Dua tahun lalu, Raja Swedia dan Ratu Silvia Sommerlath telah membawa 35 pimpinan perusahaan asal Swedia yang berminat berinvestasi di Indonesia.

KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR

Di tengah kunjungan kenegaraan Raja Carl XVI Gustaf dari Kerajaan Swedia di Indonesia, Ratu Silvia menyempatkan diri menemui anak-anak di Jakarta. Selain memberikan bantuan buku, Ratu Silvia berdialog dengan anak-anak di perpustakaan di Jalan Manggarai Utara, Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (23/5/2017).

Sampai sekarang masih banyak kerja sama ekonomi yang akan ditingkatkan kedua negara. Misalnya pada bidang investasi, energi dan lingkungan hidup.

Indonesia telah menyepakati tiga kerjasama di berbagai bidang dengan Swedia. Presiden Joko Widodo pun menyambut baik penandatanganan kerjasama antar pemerintah. Yaitu persetujuan di bidang ekonomi kreatif, navigasi bandar udara. Beberapa kerjasama juga ditandatangani secara terpisah, yaitu kerjasama di bidang inovasi, di bidang science parks dan pembiayaan pendidikan.

Ekonomi kreatif dan start-up business

Swedia adalah salah satu negara termaju di Eropa untuk urusan start-ups business. Kota Stockholm, misalnya merupakan kotaunicorns. Meskipun AS tetap negara terbesar dalam teknologi komunikasi, namun Swedia mempunyai inovasi yang lebih tinggi mengingat semua pihak "dilibatkan" (akademi, pebisnis dan bantuan pemerintahnya untuk riset dan pengembangan).

Saat ini Swedia sedang mengembangkan strategi untuk memperluas produk teknologi dan ritelnya ke Asia Tenggara termasuk Indonesia.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Para menteri Kabinet Kerja menunggu pertemuan bilateral di ruang pertemuan Istana Bogor sementara Raja Carl XVI Gustaf dan Presiden Joko Widodo mengitari halaman istana dan memantau patung The Hand of God, 22 Mei 2017

Sebagai negara ASEAN terbesar, Indonesia dengan sumber daya alam dan bertambahnya SDM tentu akan meningkatkan jumlah middle class. Jumlah angkatan kerja yang meningkat tentu akan membawa konsumsi domestic besar. Tidak disangkal lagi bahwa saat ini Indonesia adalah tujuan yang menjanjikan bagi bisnis dan investasi Swedia.

Berdasarkan rilis peringkat daya saing 2019 yang dikeluarkan oleh lembaga riset yang berbasis di Swiss, IMD World Competitiveness Center, daya saing Indonesia melesat 11 peringkat tahun ini menjadi peringkat 32 dari sebelumnya tahun 2018 berada di peringkat 43. Empat indikator besar yang diukur yaitu kinerja ekonomi, efisiensi birokrasi, efisiensi bisnis, dan infrastruktur.

Dalam periode 2015-2019, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu program prioritas Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Selesainya sejumlah proyek infrastruktur telah dirasakan dampaknya, salah satunya turut berkontribusi pada peningkatan daya saing Indonesia.

KBRI STOCKHOLM

Duta Besar Republik Indonesia untuk Swedia dan Latvia, Bagas Hapsoro (berbaju batik) ikut mendampingi warga asing yang ingin memainkan angklung dalam Festival "Wonderful Indonesia"di Stockholm, Swedia, akhir Juli 2017.

Kenaikan peringkat daya saing Indonesia menjadi yang terbesar di regional Asia Pasifik. Dalam rilis tersebut, peningkatan daya saing disebabkan efisiensi di sektor pemerintahan, demikian halnya kemajuan dalam ketersediaan infrastruktur dan iklim bisnis.

Pada bulan Agustus 2018 Business Sweden, yaitu salah satu konsorsium pebisnis yang aktif di Indonesia telah melakukan survei terhadap ratusan perusahaan Nordik di Indonesia termasuk Swedia. Salah satu temuan dari survei adalah bahwa iklim bisnis saat ini cenderung membaik karena keterbukaan Pemerintah. Jumlah kenaikan pebisnis Swedia yang aktif di kota besar (Surabaya, Medan, Bandung dan Jakarta) adalah sekitar 68%.

Situasi politik paska Pemilu yang terkendali juga memberikan kepercayaan dan harapan bagi para investor. Saat ini nilai rupiah juga terlihat sangat modestdan tidak anjlok sebagaimana dikhawatirkan sebelumnya.

Tidak jauh berbeda dengan proses demokrasi yang dilakukan Indonesia, Swedia pun juga belum lama menjalani Pemilu. Setelah melalui proses 3 (tiga) bulan tarik menarik di tengah kebuntuan politik, sekarang Swedia memiliki pemerintah baru.

Meskipun hasil Pemilu September 2018 telah menaikkan pamor partai Demokratik Swedia yang berhaluan ultra kanan, namun pemerintah Sosial Demokrat telah terbentuk dengan tetap mempertahankan para teknokrat dan politisi yang berpengalaman berhubungan dengan Indonesia.

Tentu kita tidak boleh menafikan kekuatan Partai Hijau yang mempunyai agenda untuk membawa lingkungan hidup dengan standard tinggi, namun kementerian dan lembaga Swedia khususnya perdagangan, inovasi, pendidikan dan ristek serta pertahanan dan keamanan sangat erat dalam melakukan hubungan dengan mitra kerjanya, yaitu badan-badan dan lembaga Indonesia.

Tantangan untuk Indonesia dan Swedia

Kiranya kesempatan untuk memajukan kerjasama terbuka lebar. Karena hal ini dipandang saling menguntungkan. Isi Kelapa Sawit yang digembar-gemborkan para politisi Uni Eropa ternyata tidak berimbas banyak bagi Swedia, mengingat para pebisnis masih mengandalkan ampuhnya bukti ilmiah. Bukan sentimen politik.

KOMPAS/B KRISNA YOGATAMA

Raja Swedia Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia tiba di Pendopo Kota Bandung, Rabu (24/5) pukul 12.15. Ia disambut Walikota Bandung Ridwan Kamil dan istrinya Atalia Praratya, 25 Mei 2017

Menurut kalangan pengusaha dan akademisi Swedia pengembangan kelapa sawit ternyata tidak akan memberikan dampak negatif kepada hutan, asal dikelola secara berkesinambungan. Studi ini sekarang sedang terus dikembangkan olehRoyal Institute of Technology (KTH)dengan Swedish Energy Agency.Tujuannya adalah menggunakan kelapa sawit untuk keperluan bio-diesel dalam urusan energi.

Swedish Institute telah menyatakan minatnya untuk melihat penataan hutan sawit di Kalimantan dan Sumatera bulan Nopember ini untuk melihat pengolahan sawit secara berkesinambungan. Berikutnya adalah Swedia tentu akan sangat senang untuk membagikan resep pelestarian hutan sejak dicanangkan Forest Law tahun 1903. Kajian dan lesson learntdari negara Nordik ini layak untuk dibicarakan dan disimulasikan.