Sukseskan Gerakan 1821
Sekarang pengaruh gawai/ponsel bagi anak sudah sangat luar biasa. Alat komunikasi dan informasi itu tak hanya menyita perhatian anak-anak kita, tetapi telah menghabiskan waktu anak yang seharusnya untuk belajar, bermain, berolahraga, dan membantu orangtua.
Mereka menghabiskan hari-hari di depan televisi, komputer, ponsel, dan rela tidak tidur, makan, atau mandi demi menuruti keinginan menonton acara televisi, menjelajahi dunia maya, atau bermain ponsel pintar.
Sudah jadi rahasia umum, anak yang keranjingan gawai/ponsel akan gagal di sekolah, kesehatannya terganggu, perkembangan fisik tak optimal karena kurang istirahat dan kurang olahraga, serta memiliki sejumlah problem mental seperti egois, mudah marah, gampang putus asa, takut menghadapi realita, dan lain-lain.
Karena itu, dengan adanya Gerakan 1821 yang ditujukan pada seluruh anggota keluarga dengan memanfaatkan momentum peringatan Hari Keluarga Nasional pada 29 Juni ini, kita wajib menyukseskannya.
Gerakan 1821 adalah imbauan kepada orangtua untuk melakukan puasa gawai/ponsel hanya tiga jam setiap hari: pukul 18.00-21.00 waktu setempat. Pada saat itu kita sebagai orangtua wajib hukumnya menyimpan dahulu ponsel, mematikan televisi, tablet, maupun laptop. Kita temani anak-anak kita yang sesungguhnya sangat butuh perhatian orangtua. Dalam waktu yang hanya tiga jam saja, kita wajib bersama anak-anak dengan sepenuh hati, dengan sepenuh jiwa dan raga.
Yang dilakukan selama waktu yang pendek tersebut adalah 3B: bermain, belajar, dan berdoa. Bermain apa saja. Belajar apa saja. Juga bisa diisi dengan banyak ngobrol. Bicara, bicara, dan bicara. Ajak anak-anak kita bicara. Topiknya bisa apa saja, tetapi lebih utama bicara tentang mereka, pengalaman mereka, atau keinginan mereka.
Gerakan 1821 harus kita sukseskan demi masa depan anak-anak kita, juga demi keselarasan hubungan seluruh anggota keluarga kita, yang saat ini jarang berkumpul karena kesibukan masing-masing. Agar tak membosankan, 3B itu kita kemas sebaik mungkin, seenak mungkin. Jika perlu, dikombinasikan dengan kegiatan yang disukai anak-anak.
Mardiya
RT 019 RW 010 Karangwetan,
Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo, DIY
Selamatkan Gajah
Terkait artikel Kompas (10/6/2019) pada rubrik Nusantara halaman 16 mengenai habitat gajah yang terus menyusut dan banyak lagi artikel Kompas terdahulu yang meliput isu lingkungan, kita selaku pembaca diingatkan jangan sampai nasi menjadi bubur. Artinya, kalau segenap isi hutan, baik orang Rimba, harimau, anoa, trenggiling, pohon-pohon, dan mikro-organisme sudah punah, kita tinggal gigit jari melihat hutan yang gundul, panas, gersang, dan sepi.
Memang kita kurang menghargai aset alam yang kita miliki. Kita tidak menghormati kehidupan makhluk lain. Bahkan, hutan lindung pun kita jarah. Semua karena keserakahan manusia: tidak pernah kenyang, bahkan mau lebih dan lebih banyak lagi dalam memiliki serta menghasilkan uang.
Trenggiling yang sudah bernasib sebagai mangsa mungkin berada di urutan daftar paling atas bersama gajah dan harimau. Padahal, kalau kita melihat bentuknya, hewan ini sangat unik, seperti miniatur dinosaurus yang bersisik.
Kami mohon Presiden Joko Widodo, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, serta pejabat-pejabat yang terkait di mana hutan-hutan berada agar lebih panjang mengulurkan tangan mereka demi melindungi, melestarikan, serta menyejahterakan kehidupan manusia, flora, dan faunanya.
Dengan menambah dana demi melipatgandakan pengawasan hutan, mengedukasi penduduk yang bersinggungan dengan hutan-hutan. Kepada mereka diingatkan lalu diterapkan betapa penting menjaga keutuhan tempat tinggal binatang dan tumbuhan-tumbuhan di bumi.
Juga menjaga integritas sebagai bangsa bermartabat dengan memberikan sanksi berat terhadap perusak hutan dan segenap isinya. Dengan begitu, kita akan berhasil menyelamatkan hutan dan isinya.
Farida Shadily
Tidak ada komentar:
Posting Komentar