Pangeran Mohammed bin Salman terus berupaya menerapkan Islam moderat di Arab Saudi. Bahkan, dia berusaha "merangkul" sekutu utamanya di kawasan, Iran.
Perubahan arah kebijakan di Arab Saudi terus berjalan. Hal itu yang tersirat dalam wawancara Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) dengan jaringan televisi Amerika Serikat, CBS, yang disiarkan Minggu (29/9/2019). Wawancara eksklusif itu berlangsung setelah kilang minyak terbesar Saudi, Abqaiq dan Khurais, diserang kelompok Houthi.
Sejak menjadi putra mahkota pada 21 Juni 2017, MBS telah memutuskan, tentu dengan dukungan Raja Salman bin Abdulazis, untuk membalikkan citra Arab Saudi menjadi kawasan yang menyenangkan dan bebas. Bioskop, perempuan pengendara, dan hiburan publik, semuanya bebas dinikmati warga Saudi. MBS mengatakan ingin membuat negerinya menjadi tempat yang lebih lunak dan lebih baik.
Untuk menerapkan hal itu, MBS telah menahan ratusan ulama konservatif. Puluhan pangeran ditangkap dan ditahan di Hotel Ritz-Carlton. Hal itu menambah guncangan di dalam negeri meski mendapat dukungan sebagian warga Saudi dan sekaligus meminimalkan tentangan terhadapnya. Namun, sebagian keluarga besar Bani al-Saud ada yang tidak setuju dengan keterbukaan dan kebebasan Saudi.
Serangan terhadap dua kilang minyak, Abqaiq dan Khurais, memunculkan keraguan akan kemampuan MBS. Sebagian keluarga Bani al-Saud ingin menggantikan posisi putra mahkota dari MBS ke Pangeran Ahmed bin Abdulazis, adik Raja Salman bin Abdulazis. Penunjukan MBS menjadi putra mahkota menyimpang dari tradisi, yang biasanya adalah adik raja, bukan anak raja yang sedang berkuasa.
Tekanan dari ulama dan keluarga Bani al-Saud diperparah oleh situasi kawasan, yang membuat Saudi mulai merasa kian terpinggirkan. Dalam kasus Yaman, misalnya, Saudi ditinggalkan oleh koalisinya, Uni Emirat Arab (UEA), sekutu terdekatnya.
Di percaturan global, MBS menghadapi serangan Barat terkait pembunuhan Jamal Khashoggi di Konjen Arab Saudi di Turki tahun lalu. Barat meminta MBS bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Dalam wawancara dengan CBS, MBS menegaskan, tidak mengeluarkan perintah pembunuhan, tetapi ia bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi.
Kian moderat dan terbukanya Saudi membuat sebagian kubu konservatif dan keluarga kerajaan mengalihkan perjuangannya ke luar negeri, sebagian untuk mendanai gerakan radikalisme. Sebagian menentang Visi 2030, termasuk proyek NEOM (Neo-Mustaqbal) atau masa depan baru yang dapat mengalihkan ketergantungan ekonomi Saudi pada minyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar