Banjir yang tengah melanda di Jakarta dan sejumlah tempat lain di Indonesia mendapat perhatian beberapa perusahaan teknologi digital. Mulai dari informasi peta bencana, pengendalian kabar banjir, hingga pengiriman bantuan.
Meski demikian, ternyata teknologi digital bisa digunakan dalam banyak hal, mulai dari informasi awal kemungkinan banjir hingga penanganan bencana banjir. Kita bisa memanfaatkan teknologi digital untuk menangani masalah banjir yang makin mencemaskan.
Peran teknologi digital paling sederhana adalah ketika Google Maps menunjukkan arah perjalanan kita menuju tujuan. Akurasi yang tinggi membuat kita "dipilihkan" jalan yang paling lancar. Seorang sopir taksi sempat membantah ketika diperlihatkan jalur perjalanan paling cepat. Ia merasa ada jalur lain yang paling cepat, ternyata jalur itu terhambat akibat banjir. Ia kemudian mau mengikuti jalur yang disarankan Google Maps. Semua akhirnya lancar.
Peran lain adalah ketika Facebook membuat agregasi unggahan para pengguna yang mengabarkan informasi terkait banjir. Apabila kita mengunggah informasi banjir, Facebook akan menyarankan diagregasi dan dibagikan ke wadah dengan nama Pengendalian Krisis. Ada beberapa kata kunci sehingga informasi itu masuk wadah tersebut, seperti kata "banjir", "korban", "posko", "rescue", dan "hujan".
Traveloka turun tangan dengan membagikan kode voucer "BANJIRMELIPIR" untuk mereka yang membutuhkan penginapan. Dengan kode itu, korban bisa mendapatkan penginapan dengan diskon Rp 200.000. Cara ini memudahkan pencari penginapan dan tentu mendapatkan kepastian diskon bagi mereka yang membutuhkan.
Tentu saja masih banyak perusahaan digital di Indonesia yang bahu-membahu membantu korban dan ikut menangani banjir. Dengan teknologi itu, banyak kemudahan yang didapat. Meski demikian, peran teknologi digital bisa digali lebih banyak lagi sehingga bisa memudahkan penanganan banjir serta kemungkinan memberikan peringatan dini. Sebuah laman bernama GSMA membeberkan teknologi digital untuk pembangunan. Salah satunya tentang penggunaan gawai untuk kewaspadaan banjir.
Tahun 2014, Inggris pernah dilanda banjir besar selama beberapa pekan. Korban dan kerusakan, baik manusia maupun harta benda, tergolong sangat besar. Keadaan ini membuat keprihatinan beberapa kalangan, termasuk orang-orang yang bergerak di bidang teknologi digital.
Mereka juga khawatir apabila pada masa depan bencana ini akan berulang. Sebuah kelompok kemudian membuat aplikasi untuk membangun kesiagaan dan peringatan dini banjir. Aplikasi ini berasal dari sebuahhackathon yang bertujuan untuk menanggulangi krisis banjir.
Usaha rintisan di negara itu diberi akses data yang selama ini bukan untuk publik, seperti data dari sensor banjir di seluruh penjuru Inggris dan data lain yang selama ini tak tersedia untuk konsumsi publik. Melalui cara ini, setidaknya Pemerintah Inggris disadarkan tentang pentingnya keterbukaan data dan juga perlunya perbaikan layanan informasi yang berkualitas bagi warga. Dengan begitu, warga bisa bertindak lebih cepat serta mampu meningkatkan keselamatan dirinya sendiri.
Thailand mempunyai cerita tersendiri. Badan PBB untuk urusan pendidikan dan kebudayaan, UNESCO, bekerja sama dengan lembaga OpenDream meluncurkan gim bernama FloodFighter. Gim ini digunakan untuk menginformasikan kepada anak-anak muda tentang bahaya dan risiko banjir serta memperlengkapi mereka dengan pengetahuan dan alat untuk tanggap terhadap bencana itu. Gim ini memiliki 22 fitur, hiburan, dan pelajaran tentang skenario kehidupan nyata yang kemungkinan anak muda hadapi.
Di India, sebuah program bernama Himalayan Climate Change Adaptation dan partnernya yang bekerja di bidang teknologi digital membangun sistem peringatan dini untuk memberi informasi tentang level air serta potensi bahaya bagi warga di hilir sungai.
Cara ini dilakukan agar warga bisa bersiap menghadapi berbagai kemungkinan. Fasilitas yang dibangun memungkinkan warga mengetahui informasi langsung dan aksi yang perlu segera dilakukan ketika mendapat informasi dari fasilitas itu.
Negeri Belanda bekerja sama dengan IBM membuat sebuah proyek integrasi tentang analisis dan visualisasi mahadata kekeringan dan banjir agar aparat dan warga bisa bertindak ketika menghadapi bencana. Mereka juga dipastikan bisa mendapat informasi terbaru dari bencana itu.
Kerumitan memang muncul saat mereka melakukan integrasi karena menyertakan sejumlah lembaga. Akan tetapi, langkah itu dilakukan karena mereka membangun fasilitas dengan kesadaran kerugian akibat banjir yang sangat besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar