Semakin merebaknya wabah Covid-19 di Israel dan wilayah Palestina saat ini, mengantarkan terus bergulirnya kisah pilu dari kota Jerusalem.
Di Israel hingga hari Rabu (18/3/2020), korban positif terinveksi Covid-19 mencapai 427 orang. Di wilayah Palestina hingga hari Selasa (17/3), korban positif Covid-19 mencapai 41 orang.
Kisah pilu itu mulai seperti dari keputusan Yayasan Waqaf Islam di Jerusalem Timur pada Minggu (15/3) lalu menutup kompleks Masjid Al Aqsa, terus anjloknya industri parawisata religi, dan kemungkinan membatalkan semua aktivitas perayaan menjelang hari raya Paskah kaum Kristiani yang jatuh pada April mendatang.
Semua kisah pilu itu terjadi dan terpaksa dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19 di Israel dan wilayah Palestina yang jumlah penderitanya terus bertambah setiap hari.
Selama ini, kota Jerusalem Timur selalu dibanjiri wisatawan, khususnya wisatawan religi, dari mancanegara sepanjang tahun. Maklum, di kota Jerusalem terdapat tiga tempat suci agama Islam, Kristen, dan Yahudi.
Umat Islam sepanjang tahun menziarahi kompleks Masjid Al Aqsa yang merupakan tempat suci ketiga bagi umat Islam setelah kota Mekkah dan Madinah di Arab Saudi. Masjid Al Aqsa juga merupakan kiblat pertama umat Islam sebelum kiblat dipindah ke Kabah di Masjidil Haram di Mekkah.
Sebelumnya, sejak 27 Februari lalu, otoritas Arab Saudi juga mengambil keputusan menutup kompleks Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah untuk kegiatan ibadah skala besar dengan alasan mencegah penyebaran wabah Covid-19.
Adapun umat Kristiani juga senantiasa menziarahi Gereja Makam Kudus (Gereja Al Qiyamah) di Jerusalem yang juga merupakan tempat suci bagi kaum Kristiani.
Kaum Yahudi dari mancanegara selalu menziarahi pula tembok ratapan yang terletak di bagian barat kompleks Masjid Al Aqsa dan merupakan tempat suci bagi kaum Yahudi.
Kehidupan kota Jerusalem Timur yang sangat bergantung pada industri pariwisata religi kini praktis lumpuh. Semua pintu menuju kota Jerusalem Timur bagi wisatawan religi dari mancanegara sudah ditutup.
Otoritas Israel sejak hari Minggu (15/3) telah menutup Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv untuk penerbangan dari Eropa, China, dan negara Asia Timur lainnya.
Penutupan bandara internasional tersebut dengan sendirinya menutup akses para wisatawan religi dari kaum Yahudi mancanegara menuju Jerusalem Timur yang biasanya selalu melalui jalur Bandara Internasional Ben Gurion.
Israel dan Jordania kini menutup pula semua jembatan penyeberangan antara Jordania dan Tepi Barat terhitung mulai 10 Maret lalu. Sebelumnya, pada 8 Maret lalu, Israel mengumumkan pula menutup pintu gerbang Taba yang menghubungkan antara Israel dan Mesir.
Penutupan pintu gerbang Taba dan semua jembatan antara Jordania dan Tepi Barat dengan sendirinya pula menutup akses para wisatawan religi dari mancanegara menuju Jerusalem Timur.
Wisatawan religi dari kaum Muslim dan Kristen biasanya menggunakan jalur pintu gerbang Taba atau jembatan penyeberangan antara Jordania dan Tepi Barat menuju Jerusalem Timur dan Bethlehem.
Otoritas Palestina sejak awal Maret lalu telah melarang wisatawan dari sembilan negara masuk ke wilayah Palestina, yaitu China, Korea Selatan, Jepang, Makau, Hong Kong, Singapura, Thailand, Italia, dan Iran. Keputusan menutup semua akses menuju Jerusalem Timur itu dilakukan dengan alasan mencegah penyebaran Covid-19.
Salah seorang pemilik hotel di Jerusalem Timur, Farez al-Amd, seperti dikutip situs Aljazeera mengungkapkan, okupansi hotel di Jerusalem Timur beberapa pekan terakhir ini turun drastis, dari 78 persen menjadi hanya 35 persen, dan akan terus turun gara-gara terus menyebarnya wabah Covid-19.
Ia mengeluhkan banyak biro perjalanan dari mancanegara mendadak membatalkan pesanan hotelnya menyusul Israel menutup pintu gerbang Taba dan semua penyeberangan antara Jordania dan Tepi Barat.
Al-Amd mengklaim telah mengalami kerugian hingga 350.000 dollar AS akibat pembatalan pesanan hotel miliknya pada bulan Maret ini dan bulan April mendatang. Ia mengatakan, banyak wisatawan dari kaum Kristen yang akan menghadiri perayaan hari raya Paskah pada April nanti tiba-tiba membatalkan pesanan hotel dan mereka memilih tidak berangkat ke Jerusalem Timur gara-gara wabah Covid-19.
Para pedagang cendera mata di Jerusalem Timur juga ikut terpukul akibat wabah Covid-19. Di kompleks kota tua-Jerusalem Timur terdapat 122 toko cendera mata. Ketua ikatan pedagang cendera mata di Jerusalem Timur, Jawad Abu Amr, mengungkapkan, omzet penjualan cendera mata di kompleks kota tua-Jerusalem Timur kini turun drastis karena sepinya para wisatawan dari mancanegara saat ini.
Padahal, lanjut Abu Amr, banyak toko cendera mata berutang dulu untuk memperoleh barang dagangan itu dari para perajin tangan atau industri rumahan yang memproduksi aneka cendera mata tersebut.
Sekjen Patriarch Latin di Jerusalem Timur Ibrahim Shomali mengatakan, kaum Kristiani dari mancanegara biasanya berbondong-bondong menuju Jerusalem Timur dan Bethlehem setiap menjelang hari raya Paskah. Namun, mereka sekarang membatalkan perjalanan ke Jerusalem Timur lantaran wabah Covid-19.
Shomali lalu mengatakan, pihak Patriarch bisa memahami keputusan mereka memilih tidak berangkat ke Jerusalem Timur saat ini karena keselamatan memang harus lebih diutamakan akibat merebaknya wabah Covid-19 dengan begitu masif di semua negara sekarang.
Selama ini, ekonomi Palestina dikenal sangat bergantung pada sektor pariwisata, selain bantuan asing. Pada 2019, tercatat sekitar 3,5 juta wisatawan mancanegara yang sebagian besar wisatawan religi mengunjungi wilayah Palestina, khususnya kota Jerusalem Timur dan Bethlehem.
Sepanjang tahun, hotel-hotel di Jerusalem Timur dan Bethlehem biasanya penuh pesanan. Ketua pengusaha pemilik hotel di wilayah Palestina, Elias al-Arja, mengungkapkan, sebanyak 95 persen wisatawan mancanegara yang datang ke wilayah Palestina adalah wisatawan religi yang khusus datang ke Jerusalem Timur dan Bethlehem.
Menurut Al-Arja, wisatawan religi yang datang ke wilayah Palestina dan menginap di hotel-hotel di Jerusalem Timur dan Bethlehem adalah wisatawan religi dari kaum Muslim dan Kristen.
Kalau wisatawan religi dari kaum Yahudi yang ziarah ke tembok ratapan, ungkap Al-Arja, biasanya menginap di hotel-hotel di Jerusalem Barat dan Tel Aviv.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar