Merebaknya wabah virus korona yang menyebabkan penyakit Covid-19 di berbagai negara, termasuk Indonesia, menyebabkan beberapa perusahaan, termasuk usaha rintisan (start up), membuat berbagai kebijakan strategis. Salah satunya adalah bekerja di rumah. Pilihan ini sebenarnya bukan merupakan hal baru di kalangan usaha rintisan berbasis teknologi digital. Akan tetapi, kemungkinan bekerja dari rumah bisa berlangsung lama karena wabah belum bisa dipastikan bakal selesai. Beberapa perusahaan perlu bersiap karena tak terbiasa melakukan langkah ini.
Berbagai perusahaan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, sudah membuat kebijakan ini. Karyawan-karyawan di Indonesia yang baru saja melakukan perjalanan dari luar negeri mulai disarankan bekerja di rumah untuk sementara waktu. Di beberapa negara, perusahaan seperti Microsoft, Chevron, dan Hitachi, seperti dikutip laman Businessinsider, telah memerintahkan karyawannya bekerja di rumah ketika kasus infeksi virus itu ditemukan di negara itu. Bahkan, Twitter telah mendorong sekitar 5.000 karyawannya di berbagai negara bekerja di rumah.
Meski demikian, secara umum, karyawan di beberapa perusahaan ternyata tidak disiapkan untuk bekerja dari rumah. Oleh karena itu, beberapa pengamat mengatakan, sebaiknya perusahaan menyiapkan berbagai perangkat, termasuk teknologi, apabila karyawannya harus bekerja di rumah. Perusahaan perlu menyiapkan perangkat lunak, informasi, dan sumber daya yang memungkinkan karyawan tetap produktif ketika bekerja di rumah.
Beberapa informasi penting yang selama ini menjadi gantungan dalam bekerja, seperti catatan, nomer telepon, dan informasi lainnya, sebaiknya sudah dikopi dan disimpan di dalam perangkat komputer. Salah satu penulis di laman CNN Business bahkan menyarankan agar karyawan juga menyiapkan tempat kerja khusus, terpisah dari urusan rumah tangga, selama bekerja di rumah. Tidak ada kondisi khusus yang menjadi syarat tempat kerja di rumah. Ia hanya menyarankan, karyawan senyaman mungkin mengerjakan berbagai tugas kantor di rumah. Akses internet harus tersedia dan lancar.
Agar secara mental tetap sehat, karyawan juga disarankan membuat jam kerja sendiri. Ketika pekerjaan itu sudah waktunya selesai, mereka disarankan segera menutup laptop atau mematikan komputer. Mereka harus kembali ke kehidupan normal bersama keluarga. Notifikasi surat elektronik dan lain-lain yang berkaitan dengan pekerjaan perlu dimatikan. Bekerja di rumah juga mensyaratkan kesempatan pimpinan dengan karyawan tentang kejelasan waktu pengerjaan, tenggat waktu, dan kewajiban membuat laporan secara berkala agar tidak ada lagi gangguan ketika mereka bersama keluarga.
Apabila harus mengadakan pertemuan secara virtual, semua agenda harus dipastikan dan seluruh anggota tim mengetahui isi agenda itu agar mereka berkontribusi. Sama dengan pertemuan riil, dalam pertemuan virtual semua anggota harus disapa dan mendapatkan perhatian yang memadai sehingga tidak ada yang merasa kesepian. Untuk itu, pimpinan harus memastikan bahwa fasilitas yang ada memadai dan semua anggota familiar dengan konferensi maya. Pada awalnya mungkin beberapa agak kikuk dengan cara ini.
Beberapa perusahaan mengakui, untuk beberapa fungsi dan penugasan, bekerja di rumah tidak ideal. Oleh karena itu, perusahaan juga mempersilakan karyawannya tetap ke kantor apabila memang diperlukan. Tidak sedikit berdasarkan survei CNBC yang mengatakan, bekerja di rumah dalam jangka waktu lama seperti "ditahan". Di sisi lain, meski bekerja di rumah, perusahaan juga mengatakan, mereka membutuhkan alokasi anggaran tambahan untuk membangun infrastuktur dan fasilitas bagi karyawan sehingga mereka nyaman mengerjakan tugas kantor dari rumah.
Salah satu hal penting juga adalah peran pemerintah ketika berhadapan dengan masalah seperti ini. Pemerintah perlu memberikan perlindungan hukum, terutama terhadap karyawan yang tidak bisa hadir di kantor karena wabah virus korona ini. Hak karyawan setidaknya tetap terlindungi meski mereka tidak hadir di kantor. Pemerintah juga perlu mendukung infrastruktur yang memungkinkan mereka bekerja di rumah, seperti jaringan data yang tetap andal karena dibutuhkan untuk komunikasi.
Lepas dari semua itu, berbeda dengan wabah flu burung dan SARS, kemajuan teknologi digital sudah jauh berbeda dibandingkan masa ketika dua wabah itu muncul beberapa tahun yang lalu. Perusahaan-perusahaan, terutama usaha rintisan, sudah terbiasa dengan kultur bekerja di luar kantor sehingga tidak terlalu mengagetkan. Beberapa pekerjaan bahkan diakui hasilnya lebih produktif ketika dikerjakan di luar kantor karena bantuan teknologi digital. Mereka sudah terbiasa terkoneksi dengan berbagai fasilitas digital.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar