Pada tahun 2019, situasi di pasar modal kurang baik. Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia hanya bertumbuh sebesar 1,7 persen hingga akhir tahun. Kinerja reksa dana, terutama reksa dana saham, pun demikian.
Indeks reksa dana saham merana sepanjang 2019. Sebaliknya, indeks reksa dana pendapatan tetap masih cemerlang. Berdasarkan Infovesta Equity Fund Index 2019 yang mengukur kinerja reksa dana saham, indeks melempem 8,41 persen.
Sebaliknya, indeks untuk reksa dana pendapatan tetap naik 10,77 persen. Disusul oleh indeks reksa dana pasar uang yang bertumbuh 5,38 persen. Sementara indeks reksa dana campuran naik 3,08 persen.
Berbagai faktor memengaruhi kinerja saham pada tahun lalu. Perseteruan perdagangan antara China dan Amerika Serikat adalah salah satunya. Di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi 5,02 persen atau turun dibandingkan 2018 yang mencapai 5,17 persen, juga menjadi faktor pemberat.
Sebaliknya, di tengah ketidakpastian tersebut, kinerja emas lumayan kinclong. Pada 1 Januari 2019, harga 1 gram emas PT Aneka Tambang Rp 691.000. Sementara pada 1 Januari 2020, harga emas sudah mencapai Rp 762.000.
Para pemegang unit reksa dana, terutama saham, galau karena harga nilai unitnya mengalami penurunan. Harapan kinerja reksa dana saham dan pasar saham akan membaik pada 2020 malah terhantam isu wabah Covid-19 sejak akhir tahun lalu.
Hingga awal Maret, belum ada tanda-tanda penyebaran virus itu mereda. Namun, sejumlah negara telah melakukan langkah untuk membatasi penyebaran. Italia, misalnya, mulai pekan ini membatasi pergerakan orang keluar masuk ke provinsi-provinsi di utara.
Penyebaran virus ini memengaruhi beberapa sektor, antara lain sektor pariwisata, penerbangan, hingga manufaktur. Kontribusi pariwisata ini terhadap produk domestik bruto Indonesia sekitar 1,8 persen. Para produsen di dalam negeri juga mulai mengeluhkan pasokan bahan baku yang seret dari China.
Bagaimana kita harus bersikap?
Reaksi setiap orang berbeda ketika menghadapi pasar yang sedang tidak pasti seperti yang sedang terjadi saat ini. Jika sudah memiliki reksa dana saham yang sedianya akan dijadikan investasi jangka panjang, ada beberapa hal yang dapat dicermati.
Kita dapat saja tetap memegang reksa dana saham yang telah diakumulasi. Dari beberapa guncangan di pasar saham yang pernah terjadi, pemulihan akan terjadi dalam 6-18 bulan. Reksa dana saham tetap dapat menjadi bagian dari portofolio kita sambil berharap situasi segera pulih.
Mereka yang memiliki profil risiko agresif dapat saja memanfaatkan penurunan harga saham untuk membeli lebih banyak lagi unit reksa dana saham. Tentu saja, pembelian unit dilakukan ketika pasar saham perlahan membaik. Jadi harus tetap bersabar dan teliti memeriksa analisis fundamental indeks saham.
Bagi yang sudah pening dengan penurunan harga unit reksa dananya dapat juga mengalihkan reksa dana saham ke reksa dana jenis lain yang saat ini lebih menjanjikan, seperti reksa dana pendapatan tetap.
Reksa dana obligasi juga sedang menjadi primadona belakangan ini karena imbal hasil yang dicapai lebih baik ketimbang reksa dana saham.
Bagaimana dengan pilihan keluar dari reksa dana saham?
Jika unit reksa dana saham dijual, kerugian akan langsung terealisasi. Jika rencana investasi lewat reksa dana saham adalah untuk kebutuhan jangka panjang, dana hasil penjualan reksa dana saham dapat diinvestasikan ke aset lain, seperti obligasi ritel dan bukan untuk berbelanja barang konsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar