Sampai berapa lama lagi kita hidup seperti sekarang? Bekerja dari rumah, belajar dari rumah. Tidak ada kumpul bersama sahabat-sahabat di restoran, tertawa terbahak-bahak sambil menikmati minuman serta makanan. Tak ada pula perhelatan lari yang diikuti ribuan orang dan membuat macet jalan raya. Semua itu tinggal kenangan.
Diperkirakan kini ada sekitar 4 miliar orang di dunia yang hanya tinggal di rumah. Jumlah ini sudah lebih dari separuh populasi manusia, yang angkanya lebih kurang 7,8 miliar.
Salah satu dampak dari karantina total (lockdown), pembatasan sosial, jaga jarak, atau apa pun namanya itu, ialah bisnis-bisnis bertumbangan. Hotel dan penerbangan kehilangan pelanggan. Industri kendaraan bermotor, dealer mobil beserta jaringannya juga kehilangan konsumen. Rasanya kini tak banyak orang berpikiran untuk membeli mobil baru.
Ritual keagamaan pun harus beradaptasi. Tak ada lagi orang dalam jumlah besar berkumpul untuk beribadah. Doa dilakukan di rumah, ibadah dijalankan lewat streaming. Hidup kita telah berubah.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus serta Kanselir Jerman Angela Merkel mengingatkan kita bahwa wabah Covid-19 berlangsung tidak sebentar. "Virus (virus korona jenis baru) akan bersama kita dalam waktu lama," kata Ghebreyesus yang juga ahli penyakit malaria dan pernah menjadi Menteri Kesehatan serta Menteri Luar Negeri Etiopia.
Merkel dan Ghebreyesus tidak berlebihan. Kondisi penuh pembatasan sekarang hanya akan berakhir tuntas jika vaksin ditemukan. Padahal tak mudah mewujudkannya. Ada proses panjang dan rumit untuk menghasilkan vaksin yang efektif serta aman.
Lembaga penelitian di sejumlah negara sedang bekerja keras untuk menemukan vaksin Covid-19. Saat vaksin nanti ditemukan dan diproduksi massal, miliaran orang akan mendapatkannya. Anak kecil serta orang dewasa antre di pusat-pusat layanan kesehatan untuk disuntik.
Setelah itu, rasanya tak perlu ada lagi pembatasan sosial, lockdown, jaga jarak, atau apa pun namanya. Manusia tidak usah takut lagi dengan virus korona jenis baru penyebab Covid-19, sama seperti kita sekarang tidak perlu cemas dengan virus cacar yang pada masa silam sangat ditakuti.
Kapan vaksin ditemukan? Ada yang mengatakan paling cepat tahun depan, atau akhir tahun depan. Maka, bisa jadi, paling cepat sekitar dua tahun miliaran manusia hidup dalam situasi penuh pembatasan gerak. Gambaran paling jelas, selama dua tahun anak-anak sekolah belajar dari rumah. Setiap pagi, mereka membuka laptop dan mendengarkan penjelasan guru melalui internet. Selama dua tahun, mereka tak bersenda gurau di kantin, bergerombol serta berkeringat bersama di tepi lapangan sehabis olahraga.
Lembaga penelitian di sejumlah negara sedang bekerja keras untuk menemukan vaksin Covid-19.
Menyadari waktu penantian vaksin yang tak sebentar, salah satu yang kini perlu dilakukan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat ialah bersiap menjalani skenario pembatasan sosial ketat selama setidaknya dua tahun. Mungkin perlu dipikirkan bagaimana kampanye pemilu dan pemungutan suara dilakukan di tengah pembatasan sosial. Suka tidak suka sejumlah agenda penting harus tetap berjalan, tak bisa menunggu sampai vaksin ditemukan.
Mungkin pula tidak bisa dihindari oleh kalangan akademisi untuk menyusun subyek pengetahuan baru: ekonomi pandemi. Subyek ini mempelajari antara lain bisnis yang berkembang dan harus dijaga di tengah pandemi. Model logistik dan pembiayaan kesehatan seperti apa yang perlu dibangun agar sebuah negara tahan menghadapi terpaan pandemi.
Perubahan adalah keniscayaan, dan kini perubahan besar sedang dialami manusia. Kita memasuki kehidupan baru.
Kompas, 27 April 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar