Dunia investasi bagi sebagian orang bagaikan belantara yang gelap. Namun, sebenarnya, sesudah mampu melewati bentara itu, kita akan melihat secercah sinar. Tujuan-tujuan finansial dapat teraih, kehidupan pun menjadi lebih baik.
Belantara yang gelap itu akan dapat dilalui dengan mengerjakan dahulu "pekerjaan rumah" sebelum menjadi investor. Meskipun daftarnya panjang, yakinlah pekerjaan rumah itu dapat diselesaikan dan akhirnya akan berbuah manis.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui sebelum kita memutuskan berinvestasi, apa pun tujuannya. Kehati-hatian merupakan salah satu prinsip dasar dalam berinvestasi. Dalam berinvestasi, kita pasti menaruh harapan besar investasi dapat berkembang dan kita akan menerima manfaat dari investasi tersebut di kemudian hari.
Uang yang digunakan untuk berinvestasi biasanya kita peroleh dari hasil susah payah, kerja keras dari pagi hingga petang. Tidak banyak rasanya yang memperoleh modal investasinya dari warisan atau undian berhadiah. Namun, tentu saja, modal investasi seperti ini pun harus dijaga sebagai aset yang berharga.
Sebelum menginvestasikan uang kita ke dalam sebuah instrumen investasi, akan sangat baik jika kita awali dengan berinvestasi dalam bentuk pengetahuan. Dalam hal ini, tentu pengetahuan seputar dunia investasi. Menurut Benjamin Franklin, salah seorang bapak pendiri Amerika Serikat, investasi pada pengetahuanlah yang akan memberikan imbal hasil terbaik.
Membeli dan membaca buku, ikut seminar, atau bergabung dengan komunitas merupakan investasi awal yang bagus. Biaya-biaya yang timbul karena kegiatan tersebut dapat dihitung sebagai investasi awal. Dengan demikian, kelak jangan sampai keluar keluhan,"Saya tidak tahu apa-apa, jadi saya ikut saja" atau "Saya memasrahkan saja uang saya dikelola mereka karena saya belum paham investasi."
Jika ingin berinvestasi pada aset kertas, seperti obligasi, reksadana, saham, exchange traded fund, kita dapat berselancar di dunia maya. Informasi mengenai seluk-beluk investasi kertas tersebut tersedia melimpah.
Selama masa pandemi ini, kelas-kelas daring mengenai aset kertas banyak sekali diselenggarakan. Biayanya juga sangat terjangkau. Karena dunia investasi merupakan dunia yang terus bergerak, belajar bersama di sebuah komunitas akan sangat membantu memahami apa yang sedang terjadi di pasar finansial.
Bagaimana dengan investasi di sektor riil? Membeli properti yang akan disewakan atau bisnis bersama dengan teman tentu juga memerlukan pengetahuan awal. Prinsip kehati-hatian harus tetap dipegang.
Ada pepatah, jangan menaruh telur dalam satu keranjang karena ketika keranjang itu jatuh, hancur pula telur-telur di dalamnya. Sebagai contoh, jika kita memiliki modal Rp 65 juta dan sebanyak Rp 62 juta di antaranya kita belikan saham berisiko tinggi, tentu ini membuat risiko probabilitas telur pecah semakin besar.
Ikut proses
Investasi merupakan buah proses panjang. Bukan sesuatu yang cepat jadi, secepat menggunting kemasan kopi saset yang kopinya lalu dapat langsung dinikmati. Setelah belajar mengenali rimba belantara investasi, perkenalan selanjutnya adalah menentukan tujuan.
Perlu diingat, instrumen investasi, seperti reksa dana, saham, atau kos-kosan, merupakan alat atau kendaraan untuk mencapai tujuan. Dengan menentukan tujuan yang jelas, risiko salah pilih kendaraan dapat dihindarkan. Kesalahan dalam memilih kendaraan investasi dapat berisiko membuat tujuan tidak tercapai atau rencana berantakan di tengah jalan.
Kenali juga diri sendiri, apakah kita termasuk orang yang panik atau tenang-tenang saja ketika pasar sedang bergejolak. Aset di pasar, baik pasar keuangan maupun sektor riil, selalu dinamis. Misalnya, harga properti. Lalu, seberapa besar kita dapat mengikuti dinamika itu?
Memperhitungkan berapa biaya investasi yang harus dikeluarkan juga merupakan pekerjaan rumah selanjutnya. Biaya-biaya investasi, seperti biaya transaksi, biaya pengalihan jenis instrumen, dan pajak merupakan hal yang juga perlu dipertimbangkan.
Besaran berbagai biaya investasi di pasar modal ini sudah ditentukan kisarannya. Biaya yang terlalu tinggi akan membuat hasil investasi berkurang karena sebagian besar hasil terpangkas biaya investasi.
Kenali pula siapa yang akan mengelola uang kita. Uang yang kita dapatkan dengan keringat tentu harus dikelola oleh orang yang mumpuni dan memang memiliki keahlian di bidangnya.
Dengan meluangkan sedikit waktu untuk berselancar di dunia maya atau sambil antre di gerai kopi, kita bisa menelisik siapa saja yang memang amanah dalam mengelola uang. Mulai dari bank, manajer investasi, sekuritas, atau perusaahan teknologi finansial yang belakangan ini menjadi pilihan dalam berinvestasi. Temukan siapa di balik perusahaan-perusahaan tersebut sebelum membeli produknya.
Bandingkan produk atau instrumen investasi yang kita incar dengan produk sejenis. Apa saja kelebihan dan kekurangannya. Di akhir pekan, kita bisa membaca dengan cermat dan tenang prospektus atau keterangan tentang produk tersebut. Jika kurang jelas, keterangan tambahan bisa kita cari dari berbagai sumber.
Dengan melakukan pekerjaan rumah semacam itu, risiko salah investasi, salah produk, atau salah pilih pengelola dapat dikurangi. Investasi memang mengandung risiko, tetapi tidak memiliki investasi sama sekali jauh lebih berisiko.
Kompas, 27 Juli 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar