Masih soal keuangan di masa pandemi. Setidaknya selama enam bulan terakhir ini, beberapa hal dapat kita pelajari dalam hal menata keuangan keluarga.
Salah satunya ialah membedakan keinginan dan kebutuhan. Di masa pendemi ini, banyak hal yang tidak pasti, termasuk keyidakpastian soal aliran pendapatan. Banyak perusahaan mengurangi jumlah pekerjanya. Tidak menutup kemungkinan perusahaan tempat kita bekerja pun sedang mempertimbangkan langkah tersebut untuk menyelamatkan perusahaan.
Apa sebenarnya perbedaan antara keinginan dan kebutuhan? Kadang, kita merasa memerlukan sebuah barang, tetapi ternyata setelah dibeli barang tersebut tidak digunakan.
Kebutuhan berarti sesuatu yang benar-benar harus dipenuhi. Misalnya, makan. Kita memerlukan makan setiap hari. Akan tetapi, kalau untuk makan dilakukan dengan cara memesan menu dari sejumlah rumah makan setiap hari, itu termasuk keinginan.
Demikian pula dengan kebutuhan untuk minum secangkir kopi pemberi semangat di pagi hari. Kalau setiap hari kopinya berasal dari kafe-kafe, bisa jadi itu hanyalah keinginan semata.
Keterampilan membedakan keinginan dan kebutuhan tampaknya semakin diuji pada masa pandemi ini. Upaya pengetatan ikat pinggang memerlukan kemampuan untuk membedakan dua hal itu.
Bertahan hidup
Kehilangan pekerjaan atau penghasilan menjadi salah satu masalah yang banyak timbul di masa pandemi ini. Padahal, kebutuhan hidup, mulai dari membeli pulsa hingga cicilan rumah, tetap ada. Bagi banyak orang, survival mode di masa pandemi ini benar-benar sedang diuji.
Salah satu cara untuk tetap bertahan di tengah pandemi adalah dengan mencari kesempatan lain. Misalnya, mengambil kelas-kelas daring. Sejak terjadi pandemi, bermunculan kelas-kelas daring yang diselenggarakan oleh sejumlah komunitas, baik berbayar maupun gratis. Hikmah kemajuan teknologi informasi, seolah tidak ada lagi jarak. Peserta dan pemateri kelas daring bisa saja berasal dari daerah bahkan negara yang berbeda yang terpisah ribuan kilometer jauhnya.
Semuanya dengan mudah terhubung dengan bantuan teknologi. Cukup duduk manis di depan komputer atau gawai masing-masing untuk mengikuti suatu kelas. Biasanya, kelas semacam ini lebih murah ketimbang kelas tatap muka karena penyelenggara tidak perlu mengeluarkan beberapa pos biaya, seperti sewa tempat dan konsumsi.
Kelas-kelas keterampilan seperti ini dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan ide atau keahlian yang mungkin akan terpakai di kemudian hari, termasuk sebagai sumber biaya hidup. Dari iseng mengikuti kelas daring cara membuat roti sehat atau fotografi, bisa jadi akan menjadi modal utama "bertahan hidup" ketika kita, misalnya, kehilangan penghasilan.
Mungkin pendapatan dari pekerjaan baru tersebut tidak sebanyak pendapatan dari pekerjaan lama. Namun, hal itu jauh lebih baik karena masih mampu mengisi arus kas bulanan ketimbang tidak ada pemasukan sama sekali.
Pentingnya dana darurat
Dalam situasi normal, kebutuhan dana darurat mungkin belum menjadi prioritas karena pekerjaan masih ada dan penghasilan masih mengalir. Namun, di masa sulit seperti saat ini, terasa sekali betapa beruntungnya mereka yang rajin menyisihkan dana darurat selama masa normal.
Bagi mereka yang belum mulai mengumpulkan dana darurat, jika masih ada penghasilan, tentu dapat segera memulai untuk menyisihkannya. Kita tidak pernah tahu kapan akan menggunakan dana darurat tersebut mengingat tampaknya pandemi masih akan berlangsung lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar