Kita sudah belajar bahwa penerapan ketat protokol kesehatan dan vaksinasi merupakan cara paling ampuh memutus rantai penularan. Ketika angka kembali meningkat, kita melihat memang ada banyak pelonggaran dan pelanggaran.
Warga mendapat penjelasan dari petugas saat hendak menjalani tes usap PCR di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (22/6/2021).
Dua sisi wajah zaman membuat kita gagap menghadapi pandemi: kemudahan berinteraksi dan banjir informasi. Dunia agaknya masih lama disandera Covid-19.
Inilah yang kita hadapi hari-hari ini. Perkembangan teknologi telah membuat segalanya menjadi jauh lebih mudah. Transportasi dan komunikasi telah menembus ruang dan waktu, melewati rintangan batas wilayah dan negara.
Ibaratnya perjalanan naik haji, yang dulu harus ditempuh satu bulan dengan kapal uap dari Indonesia, kini dengan pesawat tak sampai satu hari sudah sampai di Tanah Suci. Pergerakan manusia menjadi lebih masif dan intensif.
Demikian pula halnya komunikasi. Ketika dulu fakta harus diverifikasi baru kemudian dipublikasikan dengan kaidah jurnalistik ketat, kini setiap orang bisa menjadi pewarta. Tak ada lagi aturan, yang salah pun bisa menjadi kebenaran sepanjang diterima oleh khalayak. Maka, banyak orang terjebak teori konspirasi dan tidak percaya pandemi.
Calon penumpang antre masuk ke peron Stasiun KRL Rawa Buntu, Tangerang Selatan, Banten, 17 Mei 2021. Transportasi yang semakin maju dan cepat turut mempermudah penyebaran penyakit menular seperti Covid-19.
Di sisi lain, kemudahan transportasi membuat orang sudah berpindah lokasi sebelum masa inkubasi virus terdeteksi. Akibatnya, penyebaran penyakit, dalam hal ini Covid-19, berlangsung begitu mudah dan cepat.
Setiap orang yang karena tugas atau keperluan harus berpindah-pindah berpotensi menulari dan ditulari. Ketika di sisi lain banyak orang menolak percaya bahwa virus benar- benar ada, terjadilah pelanggaran protokol kesehatan yang membuat angka kasus tak juga turun. Meski memprihatinkan, kita harus mengakui pandemi masih jauh dari usai.
Kalau pada awal pandemi Worldometer mencatat angka 3.299 kasus positif pada 3 Maret 2020, persis setahun kemudian angka menjadi 444.716 kasus (3 Maret 2021). Lebih dari seratus kali lipat. Meski sempat turun, secara umum angka masih terus meningkat. Puncaknya pada 29 April 2021 dengan 903.354 tambahan kasus.
Area di dekat pelabuhan yang biasanya sibuk di Sydney tampak sepi pada 26 Juni 2021, setelah otoritas menerapkan karantina di beberapa area di pusat kota terbesar di Australia itu. Karantina diberlakukan guna menekan penularan Covid-19.
Ironisnya, ketika kasus dunia mulai menurun, penambahan di Indonesia malah sedang tinggi-tingginya. Kalau pada 29 April 2021 penambahannya 5.833 kasus, pada Senin (28/6/2021) ada penambahan 20.694 kasus. Meningkat hampir empat kali lipat. Otoritas kesehatan memprakirakan, kenaikan kasus di Indonesia masih akan berlangsung dan mencapai puncaknya pada pekan ketiga bulan Juli.
Sebenarnya, selama setahun lebih pandemi kita sudah belajar bahwa penerapan ketat protokol kesehatan dan vaksinasi merupakan cara paling ampuh memutus rantai penularan. Ketika angka kembali meningkat, kita melihat memang ada banyak pelonggaran dan pelanggaran.
Pemerintah sekali lagi memang perlu memperbaiki caranya berkomunikasi dengan publik. Namun, di sisi lain, perlu sanksi tegas bagi mereka yang melanggar aturan. Negara tidak boleh kalah demi kemaslahatan masyarakat yang lebih banyak.
Sumber: Kompas.id - 29 Juni 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar