Warga Kota Surabaya, Jawa Timur, menikmati suasana lalu lintas yang tidak ramai pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, Minggu (25/7/2021) dengan bersepeda di Jalan Ir Soekarno (MERR). Jalan tersebut berada di wilayah Gunung Anyar yang berbatasan dengan Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.
Gelombang kedua Covid-19 yang kita hadapi saat ini ditandai dengan adanya lonjakan kasus harian hingga empat kali lipat dari kasus harian tertinggi pada gelombang pertama. Kendati kini kurva sudah mulai menurun, penurunan tersebut belum signifikan.
Kasus harian tertinggi pada gelombang pertama tercatat pada 30 Januari 2021, yaitu 14.518 kasus. Pada gelombang kedua, kasus harian melonjak hingga 56.775 kasus di 15 Juli 2021. Kemarin, kasus harian sudah mulai menurun, yaitu 38.679 kasus, tetapi masih jauh di atas gelombang pertama.
Situasi serupa juga terjadi di India. Gelombang tertinggi pertama terjadi pada 17 September 2020, yaitu 97.894 kasus per hari. Gelombang tertinggi kedua pada 7 Mei 2021 tercatat 414.188 kasus per hari. Kenaikannya pun 4,2 kali lipat. Namun, kasus harian di India telah jauh menurun dari gelombang pertama. India membutuhkan waktu 32 hari untuk menekan jumlah kasus harian hingga ke posisi gelombang pertama. Pada 24 Juli, jumlah kasus harian semakin kecil, 40.284 kasus.
KOMPAS/PRIYOMBODOAktivitas pengambilan gambar pranikah di jalan Tanjung Karang, Jakarta Pusat, pada hari terakhir perpanjangan PPKM darurat atau PPKM level 4, Minggu (25/7/2021). PPKM level 4 bertujuan untuk membatasi pergerakan masyarakat guna mengatasi penularan Covid-19.
Kita tentu berharap dengan kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang konsisten serta dibarengi kedisiplinan seluruh warga. Maka, pada 17 Agustus mendatang, saat merayakan kemerdekaan, kita pun bisa menggapai penurunan signifikan. Kasus konfirmasi positif di Indonesia sudah berada di bawah posisi gelombang pertama dan terus mengecil.
Semoga, ini menjadi pertanda dari mulai melandainya kurva kematian.
Penurunan serupa juga harus terjadi pada angka kematian. Di India, angka kematian pada gelombang kedua naik 3,9 kali lipat dari gelombang pertama. Pada gelombang kedua, angka kematian tertinggi terdata 5.015 kasus per hari pada 23 Mei 2021. Dalam waktu 34 hari, angka kematian berhasil ditekan ke posisi gelombang pertama, yaitu 1.287 kasus.
Pada gelombang pertama di Indonesia, angka kematian per hari tertinggi tercatat 476 kasus pada 28 Januari lalu. Pada gelombang kedua, kasus kematian per hari, naik 3,3 kali lipat, hingga mencapai 1.566 kasus. Kemarin, 25 Juli 2021, angka kematian mulai menurun menjadi 1.266 kasus. Semoga, ini menjadi pertanda dari mulai melandainya kurva kematian.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWOWarga antre melakukan verifikasi data saat akan mencairkan bantuan sosial tunai (BST) di Kelurahan Peninggilan, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (24/7/2021). Hari itu, sebanyak 1.562 warga Kelurahan Peninggilan diundang untuk mencairkan dana BST sebesar Rp 300.000. Pemerintah daerah di Jabodetabek menyalurkan BST mulai awal pekan ini.
Kebijakan PPKM darurat yang dilakukan mulai tanggal 3 Juli telah terbukti berhasil menekan mobilitas penduduk. Hal itu terlihat dari data indeks mobilitas Google. Per tanggal 21-25 Juli, PPKM level 4 pun diterapkan dan mulai berbuah pada penurunan angka kasus. Karena itu, perpanjangan seminggu ke depan harus terus diefektifkan.
Menghadapi kondisi yang tidak mudah ini, daya lenting bangsa dan kita semua diperlukan. Pada satu sisi harus memiliki kemampuan untuk menahan dampak tekanan, pada sisi lain punya kemampuan memulihkan diri. Indonesia sebagai bangsa pejuang, dan dikenal bersemangat solidaritas yang tinggi, memiliki modal untuk menghadapinya.
"Dua pejuang yang paling berkuasa adalah kesabaran dan waktu," kata Leo Tolstoy.
Sumber: Kompas.id - 26 Juli 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar