Pemimpin yang benar-benar mau mengurus rakyat sangat diperlukan, mengingat Indonesia memiliki seabrek masalah dan tantangan.
Oleh karena itu, calon presiden periode 2014-2019 harus fokus pada tugasnya untuk benar-benar mengurusi negara dan rakyat, bukan disibukkan dengan urusan partai, keluarga, atau golongan. "Sebaiknya capres masa depan mempunyai kemampuan leadership yang baik, mempunyai kemampuan untuk menjalankan manajemen pemerintahan secara optimal," ujar pengusaha Hariyadi Sukamdani yang juga kader Partai Golkar, Kamis (30/5).
Dalam konsep sosok yang bersih, Hariyadi berpandangan, capres diharapkan lahir sebagai sosok yang tidak mempunyai dosa politik dan tidak tersangkut korupsi. Pemimpin harus bisa menjadi panutan masyarakat, dapat memotivasi rakyat untuk memiliki etos kerja tinggi, dan dapat meningkatkan daya saing bangsa.
"Secara konsisten dan sistematis dapat melenyapkan budaya korupsi. Rakyat mengharapkan presiden yang amanah dan punya kompetensi pemimpin yang unggul," katanya.
Menurut Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, diperlukan pemimpin berintegritas. Penegakan hukum di Indonesia saat ini lemah karena banyak kepentingan yang tidak bisa dihindari akibat tak adanya integritas. "Integritas mutlak karena ketegasan tidak akan bermakna tanpa integritas. Integritas penting karena, saat mengambil keputusan, ia tidak khawatir meski banyak kepentingan yang masuk," tutur Anies saat penandatanganan kerja sama antara Kompas Gramedia dan Indonesia Mengajar di Jakarta, kemarin.
Karakter pemimpin yang sanggup menggerakkan orang lain untuk mau turun tangan juga sangat penting. "Kehadirannya sebagai pemimpin bukan untuk menyelesaikan semua masalah, melainkan dia harus bisa menggerakkan orang lain untuk mau terlibat," ujarnya.
Pendiri Rumah Perubahan, Rhenald Kasali, menyampaikan hal senada. Indonesia membutuhkan pemimpin yang mau berimplementasi. "Ini yang menjadi kelemahan pemimpin kita sekarang. Mereka lebih banyak berwacana, tetapi tidak melakukan implementasi," kata Rhenald.
Ia menambahkan, pemimpin yang punya kejujuran dan ketulusan orisinal dalam menjalankan kepemimpinannya juga dirindukan. "Sekarang kita berada di peradaban kamera, di mana semua orang suka berpura-pura. Mereka menunjukkan dirinya lebih pintar dari biasanya, memarahi orang lain di depan kamera, padahal sehari-harinya lembek. Sayangnya, masyarakat sudah pintar untuk mengetahui kebohongan itu," ungkapnya.
Mulyono (34), petugas keamanan di sebuah kantor, mengaku tertarik dengan calon alternatif. Ia lebih memilih pemimpin muda dengan gaya kepemimpinan baru, terutama yang selalu dekat dengan masyarakat. "Saya memilih Pak Jokowi. Dia bersahabat dengan semua orang dan sering turun ke rakyatnya. Saya percaya dia akan membawa perubahan," ujar Mulyono.
Saat ini, kata Anies, pemimpin berintegritas dan mampu menggerakkan orang lain sulit ditemukan. Parpol tidak membuka peluang karena lebih mengutamakan siapa yang bisa memfasilitasi mereka secara finansial.
Menurut Rhenald, parpol tidak menyeleksi kadernya karena dibajak berbagai kepentingan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Saleh P Daulay menilai, rakyat merindukan sosok pemimpin yang bisa menjawab persoalan fundamental, seperti kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, dan kesenjangan. Pemimpin alternatif harus memiliki integritas moral serta multi-kecerdasan, yaitu intelektual, spiritual, dan emosional.
Karena itu, pengajar Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, Haryadi, dan peneliti LIPI, Siti Zuhro, menyatakan, sosok capres alternatif bisa dimunculkan apabila Indonesia memiliki sosok yang memiliki jiwa kenegarawanan untuk membangun negara dan mampu mengatasi segala permasalahan. Pemimpin Indonesia ke depan, kata Haryadi, harus berani ambil risiko.
Seorang pemimpin nasional, ujar pengusaha ritel Tutum Rahanta, harus berjiwa nothing to lose dalam melayani rakyat dan berani melawan preman-preman politik demi membela rakyat.
Kalangan pelaku pasar di pasar modal menyatakan Indonesia sangat butuh orang yang paham ekonomi. Tidak sekadar paham, menurut mereka negeri ini membutuhkan sosok yang peka terhadap krisis di bidang ekonomi, khususnya saat dibutuhkan.
"Karena situasi ekonomi global saat ini bukan dalam situasi business as usual (seperti biasa adanya). Hal itu antara lain terlihat dari melonjaknya yield (imbal hasil) obligasi pemerintah di tingkat global dan pelemahan rupiah," kata Wakil Presiden Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Alfatih.
Ketua Harian Partai Demokrat Sjarifuddin Hasan mengatakan, Partai Demokrat menyadari betul tingginya harapan rakyat terhadap calon legislatif ataupun capres. Faktor kedekatan dan dikenal rakyat menjadi prasyarat seorang pemimpin.
(Kompas cetak, 31 Mei 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar