Dimulai dari kehadiran Belanda pada 7 Juni 2013, kemudian klub Inggris, Arsenal, menyusul Liverpool, dan terakhir Chelsea, 25 Juli 2013. Stadion Utama Gelora Bung Karno penuh. Penonton berjumlah 70.000 hingga 80.000! Jutaan pasang mata menyaksikan pertandingan melalui layar televisi. Penampilan klub sepak bola dunia itu telah menghibur penggemar bola Indonesia yang selama ini prihatin dengan prestasi sepak bola nasional.
Bagi klub Inggris itu, melakukan tur ke Asia, termasuk Indonesia, adalah upaya mempertahankan atau meningkatkan loyalitas pasar di Asia sekaligus menjaga atau malah meningkatkan brand awareness klub dan liga di Asia termasuk di Indonesia. Jumlah fans klub Inggris di Asia, termasuk Indonesia, jauh melebihi penduduk Inggris sendiri yang mencapai 63 juta penduduk. Dengan ekspose yang besar, sponsor pun akan tertarik masuk yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan otoritas Liga Inggris.
Antusiasme penonton bola Indonesia makin memperteguh bahwa sepak bola telah menjadi industri olahraga. Dalam sebuah industri, tentunya kalkulasi finansial menjadi pertimbangan utama. Dalam laga persahabatan itu, tim Indonesia pun menggunakan nama berbeda. Saat menghadapi Arsenal, Indonesia menggunakan nama Indonesia Dream Team, saat berhadapan dengan Liverpool menggunakan nama Indonesia XI, dan saat bertanding melawan Chelsea memakai nama BNI Indonesia All Star.
Sebagai sebuah industri tontonan olahraga, paling tidak ada hal yang harus dijaga, yakni kepuasan penonton, kepuasan penyelenggara, kepuasan atlet dan klub, serta kepuasan sponsor. Pertanyaan yang harus dijawab apakah keempat aktor itu sudah puas dengan selesainya laga persahabatan tersebut. Induk olahraga, termasuk juga pemerintah, semestinya membuat aturan main yang fair dan rinci yang bisa menjamin dan memuaskan empat pilar tontonan tersebut.
Sepak bola, termasuk olahraga lainnya, memiliki daya tarik alamiah karena manusia memang makhluk yang suka bermain, homo ludens. Kini, permainan sepak bola bukan hanya ekspresi homo ludens, melainkan juga telah mengalami evolusi sebagai tontonan dan hiburan, bahkan merupakan bisnis yang menggiurkan.
Masalahnya bagaimana kita semua bisa menggunakan momentum antusiasme penonton sepak bola, sponsor, penyelenggara, pemain, dan klub untuk mendorong kegairahan pembinaan olahraga, khususnya sepak bola. Modal positif ini seharusnya dimanfaatkan pengurus sepak bola Indonesia untuk mengukir prestasi terbaik sepak bola Indonesia, misalnya di SEA Games 2013. Pengalaman berharga yang dipetik pemain Indonesia saat menghadapi pemain kelas dunia adalah modal positif untuk kian mematangkan pemain Indonesia sendiri.
(Kompas, 27 Juli 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar