Pendapat itu dilontarkan Daniel M Kliman dari lembaga German Marshall Fund Amerika Serikat, Kamis (25/7). Ia berbicara di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta, dalam diskusi yang bertema "Global Swing States: Brazil, India, Indonesia, Turkey, and The Future of Global Order".
Menurut dia, Indonesia bersama Brasil, India, dan Turki tidak diragukan lagi akan menjadi kekuatan besar yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas tatanan internasional yang masih jauh dari sempurna.
Dalam kaitan itulah, ia menyarankan agar AS turut berperan dalam mengembangkan dan membangun keempat negara itu hingga dapat menjalankan perannya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki.
Menyerahkan penataan tatanan internasional hanya kepada China bukanlah pilihan. Apalagi setelah muncul sebagai salah satu kekuatan ekonomi global, sepak terjang Negeri Tirai Bambu itu dalam konteks geopolitik menimbulkan persoalan tersendiri, bahkan juga dengan negara-negara sekawasan.
Untuk menghadapi China sendirian, tentunya sulit bagi AS. Jalan terbaik adalah merangkul Indonesia, Brasil, India, dan Turki. Untuk itu, AS tidak mempunyai pilihan lain, kecuali membantu keempat negara tersebut keluar dari persoalan domestik yang membelenggu mereka. Dan, pola bantuan AS itu sebaiknya tidak seragam mengingat kepentingan dan aspirasi dari keempat negara tersebut berbeda-beda.
Pada saat ini, sulit bagi keempat negara itu untuk ikut serta menata tatanan internasional mengingat masih banyak persoalan domestik yang tengah mereka hadapi. Kliman menyebut, keempat negara tersebut masih terombang-ambing di antara pilihan untuk turut bermain di tatanan global atau lebih fokus ke urusan domestik.
Pendapat bahwa Indonesia dapat berperan dalam menata tatanan internasional itu bukanlah tidak beralasan, atau bahkan berlebihan. Kita belum lupa bahwa pada 18-24 April 1955, Indonesia (pada masa Presiden Soekarno) bersama dengan Myanmar, Sri Lanka, India, dan Pakistan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka, Bandung, yang kemudian mengarah pada terbentuknya Gerakan Nonblok pada tahun 1961. Indonesia (pada masa Presiden Soeharto) pun bersama dengan Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand, pada 8 Agustus 1967 mendirikan ASEAN, yang berhasil menata Asia Tenggara menjadi kawasan yang damai dan sejahtera.
Kini, sepenuhnya terpulang pada Indonesia, apakah ingin memainkan peran penting dalam menata tatanan internasional ataukah tetap ingin berkutat pada persoalan-persoalan domestik yang tidak kunjung selesai?
(Kompas, 27 Juli 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar